Perjalanan kali
ini dimotivasi oleh keinginan untuk melarikan diri sebentar, dari udara
dingin Berlin di akhir tahun. Berbekal pengalaman booking perjalanan
yang murah apabila jauh-jauh hari sebelumnya dilakukan, kami rencanakan
semuanya 6 bulan sebelum perjalanan sesungguhnya dimulai.
Kota yang akan dikunjungi adalah Roma dan Athena, dengan alasan kami ingin melihat dari dekat bagaimana sebenernya kota-kota tempat mulainya peradaban Eropa dimulai. Benar saja, pesawat yang kami tumpangi penuh. Kami adalah satu diantara sekian banyak penumpang yang ingin berlibur atau sekaligus merayakan Natal di Roma. Impresi pertama sampai di Bandara Rome Fiumicino, ternyata 11 12 dengan Bandara Soeta. Bukan kondisi fisik yang saya maksud, tapi calo taksi/minivan yang menawarkan jasa mengantar ke hotel. Dalam pendapat saya dan sebagian teman-teman, mereka sangat agresif dan memaksa memilih jasa mereka. Sebenarnya kami sudah mendapatkan informasi bahwa transportasi dari bandara ke pusat kota itu diluar biaya transportasi umum (daily ticket), dengan kisaran harga 5-14 E/org, sehingga pilihan minivan sebenarnya masuk dalam pertimbangan, seandainya harganya cukup rasional. Setelah diskusi, kami selanjutnya memilih menggunakan shuttle bus yang hanya 5 E/org dibandingkan naik express train yang mematok harga 14E/org, sambil menikmati pemandangan :p
Bis sampai di Rome Termini, stasiun besar Roma, yang ternyata tidak jauh dari hotel kami, kurang lebih 5 menit jalan kaki. Ini artinya pemilihan hotel kami sudah cukup strategis. Ditambah lagi, ternyata di depan hotel ada restoran india halal yang menyajikan menu kebab. Wow...bisa sambil guling-guling nih saking senangnya, karena urusan makanan beres dan aman. Setelah check in, kami diberitahu, bahwa di Roma ada city tax sebesar 2 E/org/hari, peraturan yang sama pernah kami temui juga di Budapest.
Ternyata hotel kami juga cukup dekat dengan landmark / pusat tourist attractionnya. Betul sekali informasi yang kami peroleh, bahwa Roma adalah walkable city, sehingga kita cukup menyiapkan fisik dan sepatu saja, untuk nyaman keliling Roma :) Kami sudah putuskan, untuk hari pertama, akan jalan-jalan ke sekitar hotel saja karena kami mulai perjalanan di sore hari, sehingga tidak perlu membeli daily ticket. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Santa Maria Maggiore, yang letaknya persis di depan hotel kita. Lalu jalan sebentar kita sudah ketemu Piazza della Republica yang cantik banget di waktu malam. Jalan lagi ke arah barat, kita menemukan Palazzo delle Esposizioni dan lanjut ke Quirinale (istana presiden). Dari sana kami ingin ke Pantheon, namun karena sudah malam sekali dan sudah lapar, kami putuskan untuk istirahat di hotel saja dan makan malam.
Hari kedua, dimulai dengan list panjang tempat-tempat yang ingin dikunjungi, dan kemudian diputuskan untuk membeli daily ticket saja untuk menghemat waktu, karena besok kami sudah harus terbang lagi ke Athena. Daily ticket cukup murah hanya 6E/org dan bisa dibeli di semua kios koran dengan harga sama apabila kita beli di agen resmi di dalam stasiun. Jangan lupa untuk menvalidasi tiket, sebelum dimulai perjalanan untuk menghindari denda.
First thing first adalah Colosseo, karena pasti antriannya cukup banyak, sehingga kita memilih pagi hari dan sebagai tempat tujuan pertama. Benar saja, antrian sudah cukup banyak. Tapi kami beruntung, baru 15 menit mengantri, kami sudah bisa masuk. Dengan tiket 12 E/org termasuk untuk kunjungan ke Arco di Costantino, Palatino dan Arco di Tito. Sebenernya pada saat kami mengantri, ada banyak tawaran dari guide bersertifikat untuk ikut grup kecil mereka. Mereka menawarkan 27 E/org dengan janji tidak perlu mengantri dan semua kunjungan akan bisa selesai dalam waktu 1 jam 15 menit. Tapi kami memutuskan untuk menikmati saja waktu kami karena kami membawa 2 anak balita. Perasaan sangat senang, karena akhirnya bisa juga melihat dari dekat, tempat pertarungan ala Gladiator dan melihat view dari berbagai posisi. Kata sejahrawan teman kami, posisi sebagai penonton dalam Colosseo merepresentasikan semakin tinggi / jauh dari arena pertandingan menandakan semakin rendah pula kelas sosial masyarakatnya.
Bagi yang suka dengan kartu pos, di depan Colosseo ini dijual kartu pos murah hanya 1 E untuk 20 kartupos. Lebih hebatnya lagi penjualnya bisa bahasa Indo lo, karena menawarkan kartu pos sambil teriak "murah murah tidak mahal, 1 E dua puluh". Walaupun cuma itu saja bahasa Indo yang mereka kuasai, namun sepertinya mereka tahu kalau orang Indo suka kalap belanja suvenir. Kan mau dibagi ke kakek nenek aa teteh dan sodara-sodara yang lain hihihi.
Ternyata keberuntungan kami masih berlanjut; pada saat foto-foto di depan Arco di Costantino sedang ada atraksi pasukan Roma. Dengan seragam lengkap, mereka melakukan simulasi gerakan pertahanan perang. Saya melihat konsep pariwisata disini sesuai dengan teori yang pernah saya baca. Maksud saya, dalam perjalanan dari Colosseo ke Palatino yang lumayan jauh, kami selalu disuguhi dengan atraksi-atraksi yang menghibur. Jadi pengunjung ga pernah merasa bosan atau capek. Kami masuk ke Palatino dan sekitarnya, dan melihat bagaimana konsep open space dibangun, tempat pusat kegiatan masyarakat Roma. Fasilitas komplet, ada toiletnya juga. Bahkan kami sempatkan sholat juga di Palatino :) Di depan Palatino, banyak sekali tempat untuk duduk santai, dan kami memutuskan untuk istirahat dan makan disitu.
Tujuan selanjutnya adalah Vatican dan Basilica S. Pietro. Kami melihat langsung bagaimana Vatican membentengi wilayahnya menjadi tempat yang menjadi bagian dari Roma modern, tetapi masih mempertahankan nilai / ajaran Katolik. Di sepanjang jalan dari stasiun Metro sampai ke Vatikan, banyak sekali dijual tas-tas atau barang KW 10 seperti kalau kita lihat di Sogo Jongkok atau Taman Puring hehe. Pekerja sektor informal di Roma sebagian besar adalah Bangladesh dan India, yang menjajakan barang seperti pedagang asongan. Hati-hati dengan mereka, karena mereka sangat agresif, dan kadang tidak sopan untuk memaksa turis membeli dagangannya. Kita harus berkali-kali bilang TIDAK, itupun mereka masih tetap menguntit dan memaksa dengan tidak sopan. Dari Vatikan, kita lanjut ke Piazza del Popolo, semacam alun-alun tempat berkumpul dan bersosialisasi warga Roma. Satu stasiun dari situ, kita berhenti di Plazza Mignanelli (Spanish Steps). Bener-bener deh, banyak banget orang-orang yang duduk-duduk di tangga, kebanyakan anak muda. Sama seperti yang kami jumpai di tujuan terakhir kami: Fontana di Trevi.
Kota berikutnya adalah Athena. Impresi pertama di kota ini adalah PUSYIINNGG deh baca tulisannya keriting, jadi informasi dari airport ke pusat kota cukup makan waktu juga untuk mencerna dan memahaminya. Padahal kita pengen cepat sampai ke hotel dan segera bisa mengeksplorasi Athena. Hotel kami kali ini juga strategis, hanya 5 menit dari stasiun metro terdekat dan 20 menit jalan kaki ke Acropolis. Sayangnya, susah untuk menemukan resto halal disini. Untungnya di ujung gang, ada supermarket murah sekelas LIDL Jerman, sehingga kami bisa belanja susu, roti dan buah sebagai survival sementara toko-toko tutup untuk perayaan Natal.
Keesokan harinya, kunjungan dimulai dengan tujuan ke Syntagma Square untuk melihat upacara pergantian prajurit penjaga, sebagai salah satu atraksi wisata yang harus dilihat. Berdasarkan informasi dari petugas hotel, hanya perlu waktu 15 menit dari hotel ke Syntagma. Dalam perjalanan, kami menemukan Hadrian Arch dan Temple of Zeus. Juga National Garden dan Zapion Exhibition and Congress Hall yang didalamnya ada Presidential House.
Setelah itu kami lanjut ke Monastiraki untuk melihat masjid peninggalan kaisar Ottoman yang sekarang menjadi Museum. Di depan masjid, banyak sekali dijual suvenir dengan harga yang murah, dari berbagai macam produk khas Athena. Kami akhiri perjalanan dengan jalan-jalan ke Piraeus dan Pantai Faliro.
Hari ke-3 dimulai dengan perjalanan menyusuri Plaka, kawasan permukiman yang masih mempertahankan bangunan berarsitektur Yunani kuno. Sambil juga melihat Panathinaikon Stadium "Kallimarmaro" tempat pelaksanaan pertandingan olahraga sejak tahun 1800an. Kami mampir juga ke National Library yang bersebelahan dengan University of Athens dan Academy of Athens. Perjalanan terakhir kami ditutup dengan kunjungan ke pusat tourist attraction yaitu Acropolis yang didalamnya termasuk beberapa monumen seperti Parthenon, Erechtheion, Temple of Athena Nike, Propylaea, Old Temple of Athena dan masih banyak lagi. Enaknya bagi mahasiswa yang sedang studi di European Union countries, masuk ke Acropolis GRATIS, sementara tiket masuknya adalah 12 E/org.
Ohya, dari semua kunjungan ke tourist attractions di Roma maupun Athena, Abinya Abel paling tertarik dengan "kacang jengkol" panggang yang dijual di pinggir jalan. Dengan harga 2 E isi 5 biji di Roma dan 2 E isi 10 biji di Athena, Mas selalu penasaran dan penasaran sehingga akhirnya beli lagi dan beli lagi :p.
Saya namakan kacang jengkol, karena ukurannya sebesar jengkol, tapi rasanya manis seperti sukun goreng atau biji nangka rebus. Lecker deh...
Last but not least, beberapa yang menjadi catatan saya selama perjalanan Roma Athena adalah :
1. Masing-masing terkenal dengan tingginya copet, sehingga sebisa mungkin menghindari metro dan memanfaatkan alat transportasi lain seperti bus atau tram. Seandainya memang akan naik metro, semua barang berharga sebaiknya dijadikan satu tas, dan tas itu disimpan di balik jaket. Teman kami bahkan sudah mengalami 3 kali percobaan copet di Roma, namun semuanya langsung ketahuan dan pencopet membatalkan niatnya.
2. Transportasi umum di Roma maupun di Athena sudah integrated seperti Berlin. Hanya saja secara umum, justru kondisi fisik kereta jauh lebih bagus Athena dibandingkan Roma, sedangkan untuk bis masih jauh lebih bagus Roma dibanding Athena. Masing-masing kota memiliki jenis alat transportasi darat yang sama, yaitu metro (kereta bawah tanah), bis dan tram.
3. Harga suvenir di Roma jauh lebih murah dibandingkan dengan Athena. Namun harga makanan jauh lebih murah Athena dibandingkan dengan Roma. Suvenir murah di Athena dapat ditemui di Plaka atau Monastiraki, sedangkan souvenir di Roma hampir di semua tempat berharga sama.
4. Daily ticket Athena juga lebih murah dibanding Roma, hanya 4 E/org dibandingkan 6E/org.
5. Hot chocolate Roma wajib dicoba, karena rasanya enak sekali, kisaran harga antara 2-6E tergantung besar kecilnya gelas dan kelas cafe yang dikunjungi.
6. Satu hal yang sangat mengganggu di Athena adalah banyaknya anjing liar di sepanjang jalan. Sama seperti di Berlin, saya menjumpai banyak sekali anjing, tapi saya merasa aman karena anjing ini selalu dipelihara oleh pemiliknya. Anjing di Athena ini membahayakan karena tidak ada pemiliknya, cenderung tidak bersih, suka mengikuti orang dan berada di tempat-tempat wisata, bahkan sampai masuk ke dalam Acropolis sekalipun; yang merupakan kawasan konservasi bangunan internasional.
Sebagai catatan akhir perjalanan ini, semakin menguatkan bahwa saya cinta sekali Indonesia. Rasanya matahari Indonesia, keindahan alam dan kenikmatan makanan khas Indonesia jauh lebih menarik bagi saya :)
Kota yang akan dikunjungi adalah Roma dan Athena, dengan alasan kami ingin melihat dari dekat bagaimana sebenernya kota-kota tempat mulainya peradaban Eropa dimulai. Benar saja, pesawat yang kami tumpangi penuh. Kami adalah satu diantara sekian banyak penumpang yang ingin berlibur atau sekaligus merayakan Natal di Roma. Impresi pertama sampai di Bandara Rome Fiumicino, ternyata 11 12 dengan Bandara Soeta. Bukan kondisi fisik yang saya maksud, tapi calo taksi/minivan yang menawarkan jasa mengantar ke hotel. Dalam pendapat saya dan sebagian teman-teman, mereka sangat agresif dan memaksa memilih jasa mereka. Sebenarnya kami sudah mendapatkan informasi bahwa transportasi dari bandara ke pusat kota itu diluar biaya transportasi umum (daily ticket), dengan kisaran harga 5-14 E/org, sehingga pilihan minivan sebenarnya masuk dalam pertimbangan, seandainya harganya cukup rasional. Setelah diskusi, kami selanjutnya memilih menggunakan shuttle bus yang hanya 5 E/org dibandingkan naik express train yang mematok harga 14E/org, sambil menikmati pemandangan :p
Bis sampai di Rome Termini, stasiun besar Roma, yang ternyata tidak jauh dari hotel kami, kurang lebih 5 menit jalan kaki. Ini artinya pemilihan hotel kami sudah cukup strategis. Ditambah lagi, ternyata di depan hotel ada restoran india halal yang menyajikan menu kebab. Wow...bisa sambil guling-guling nih saking senangnya, karena urusan makanan beres dan aman. Setelah check in, kami diberitahu, bahwa di Roma ada city tax sebesar 2 E/org/hari, peraturan yang sama pernah kami temui juga di Budapest.
Ternyata hotel kami juga cukup dekat dengan landmark / pusat tourist attractionnya. Betul sekali informasi yang kami peroleh, bahwa Roma adalah walkable city, sehingga kita cukup menyiapkan fisik dan sepatu saja, untuk nyaman keliling Roma :) Kami sudah putuskan, untuk hari pertama, akan jalan-jalan ke sekitar hotel saja karena kami mulai perjalanan di sore hari, sehingga tidak perlu membeli daily ticket. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Santa Maria Maggiore, yang letaknya persis di depan hotel kita. Lalu jalan sebentar kita sudah ketemu Piazza della Republica yang cantik banget di waktu malam. Jalan lagi ke arah barat, kita menemukan Palazzo delle Esposizioni dan lanjut ke Quirinale (istana presiden). Dari sana kami ingin ke Pantheon, namun karena sudah malam sekali dan sudah lapar, kami putuskan untuk istirahat di hotel saja dan makan malam.
Hari kedua, dimulai dengan list panjang tempat-tempat yang ingin dikunjungi, dan kemudian diputuskan untuk membeli daily ticket saja untuk menghemat waktu, karena besok kami sudah harus terbang lagi ke Athena. Daily ticket cukup murah hanya 6E/org dan bisa dibeli di semua kios koran dengan harga sama apabila kita beli di agen resmi di dalam stasiun. Jangan lupa untuk menvalidasi tiket, sebelum dimulai perjalanan untuk menghindari denda.
First thing first adalah Colosseo, karena pasti antriannya cukup banyak, sehingga kita memilih pagi hari dan sebagai tempat tujuan pertama. Benar saja, antrian sudah cukup banyak. Tapi kami beruntung, baru 15 menit mengantri, kami sudah bisa masuk. Dengan tiket 12 E/org termasuk untuk kunjungan ke Arco di Costantino, Palatino dan Arco di Tito. Sebenernya pada saat kami mengantri, ada banyak tawaran dari guide bersertifikat untuk ikut grup kecil mereka. Mereka menawarkan 27 E/org dengan janji tidak perlu mengantri dan semua kunjungan akan bisa selesai dalam waktu 1 jam 15 menit. Tapi kami memutuskan untuk menikmati saja waktu kami karena kami membawa 2 anak balita. Perasaan sangat senang, karena akhirnya bisa juga melihat dari dekat, tempat pertarungan ala Gladiator dan melihat view dari berbagai posisi. Kata sejahrawan teman kami, posisi sebagai penonton dalam Colosseo merepresentasikan semakin tinggi / jauh dari arena pertandingan menandakan semakin rendah pula kelas sosial masyarakatnya.
Bagi yang suka dengan kartu pos, di depan Colosseo ini dijual kartu pos murah hanya 1 E untuk 20 kartupos. Lebih hebatnya lagi penjualnya bisa bahasa Indo lo, karena menawarkan kartu pos sambil teriak "murah murah tidak mahal, 1 E dua puluh". Walaupun cuma itu saja bahasa Indo yang mereka kuasai, namun sepertinya mereka tahu kalau orang Indo suka kalap belanja suvenir. Kan mau dibagi ke kakek nenek aa teteh dan sodara-sodara yang lain hihihi.
Ternyata keberuntungan kami masih berlanjut; pada saat foto-foto di depan Arco di Costantino sedang ada atraksi pasukan Roma. Dengan seragam lengkap, mereka melakukan simulasi gerakan pertahanan perang. Saya melihat konsep pariwisata disini sesuai dengan teori yang pernah saya baca. Maksud saya, dalam perjalanan dari Colosseo ke Palatino yang lumayan jauh, kami selalu disuguhi dengan atraksi-atraksi yang menghibur. Jadi pengunjung ga pernah merasa bosan atau capek. Kami masuk ke Palatino dan sekitarnya, dan melihat bagaimana konsep open space dibangun, tempat pusat kegiatan masyarakat Roma. Fasilitas komplet, ada toiletnya juga. Bahkan kami sempatkan sholat juga di Palatino :) Di depan Palatino, banyak sekali tempat untuk duduk santai, dan kami memutuskan untuk istirahat dan makan disitu.
Tujuan selanjutnya adalah Vatican dan Basilica S. Pietro. Kami melihat langsung bagaimana Vatican membentengi wilayahnya menjadi tempat yang menjadi bagian dari Roma modern, tetapi masih mempertahankan nilai / ajaran Katolik. Di sepanjang jalan dari stasiun Metro sampai ke Vatikan, banyak sekali dijual tas-tas atau barang KW 10 seperti kalau kita lihat di Sogo Jongkok atau Taman Puring hehe. Pekerja sektor informal di Roma sebagian besar adalah Bangladesh dan India, yang menjajakan barang seperti pedagang asongan. Hati-hati dengan mereka, karena mereka sangat agresif, dan kadang tidak sopan untuk memaksa turis membeli dagangannya. Kita harus berkali-kali bilang TIDAK, itupun mereka masih tetap menguntit dan memaksa dengan tidak sopan. Dari Vatikan, kita lanjut ke Piazza del Popolo, semacam alun-alun tempat berkumpul dan bersosialisasi warga Roma. Satu stasiun dari situ, kita berhenti di Plazza Mignanelli (Spanish Steps). Bener-bener deh, banyak banget orang-orang yang duduk-duduk di tangga, kebanyakan anak muda. Sama seperti yang kami jumpai di tujuan terakhir kami: Fontana di Trevi.
Kota berikutnya adalah Athena. Impresi pertama di kota ini adalah PUSYIINNGG deh baca tulisannya keriting, jadi informasi dari airport ke pusat kota cukup makan waktu juga untuk mencerna dan memahaminya. Padahal kita pengen cepat sampai ke hotel dan segera bisa mengeksplorasi Athena. Hotel kami kali ini juga strategis, hanya 5 menit dari stasiun metro terdekat dan 20 menit jalan kaki ke Acropolis. Sayangnya, susah untuk menemukan resto halal disini. Untungnya di ujung gang, ada supermarket murah sekelas LIDL Jerman, sehingga kami bisa belanja susu, roti dan buah sebagai survival sementara toko-toko tutup untuk perayaan Natal.
Keesokan harinya, kunjungan dimulai dengan tujuan ke Syntagma Square untuk melihat upacara pergantian prajurit penjaga, sebagai salah satu atraksi wisata yang harus dilihat. Berdasarkan informasi dari petugas hotel, hanya perlu waktu 15 menit dari hotel ke Syntagma. Dalam perjalanan, kami menemukan Hadrian Arch dan Temple of Zeus. Juga National Garden dan Zapion Exhibition and Congress Hall yang didalamnya ada Presidential House.
Setelah itu kami lanjut ke Monastiraki untuk melihat masjid peninggalan kaisar Ottoman yang sekarang menjadi Museum. Di depan masjid, banyak sekali dijual suvenir dengan harga yang murah, dari berbagai macam produk khas Athena. Kami akhiri perjalanan dengan jalan-jalan ke Piraeus dan Pantai Faliro.
Hari ke-3 dimulai dengan perjalanan menyusuri Plaka, kawasan permukiman yang masih mempertahankan bangunan berarsitektur Yunani kuno. Sambil juga melihat Panathinaikon Stadium "Kallimarmaro" tempat pelaksanaan pertandingan olahraga sejak tahun 1800an. Kami mampir juga ke National Library yang bersebelahan dengan University of Athens dan Academy of Athens. Perjalanan terakhir kami ditutup dengan kunjungan ke pusat tourist attraction yaitu Acropolis yang didalamnya termasuk beberapa monumen seperti Parthenon, Erechtheion, Temple of Athena Nike, Propylaea, Old Temple of Athena dan masih banyak lagi. Enaknya bagi mahasiswa yang sedang studi di European Union countries, masuk ke Acropolis GRATIS, sementara tiket masuknya adalah 12 E/org.
Ohya, dari semua kunjungan ke tourist attractions di Roma maupun Athena, Abinya Abel paling tertarik dengan "kacang jengkol" panggang yang dijual di pinggir jalan. Dengan harga 2 E isi 5 biji di Roma dan 2 E isi 10 biji di Athena, Mas selalu penasaran dan penasaran sehingga akhirnya beli lagi dan beli lagi :p.
Saya namakan kacang jengkol, karena ukurannya sebesar jengkol, tapi rasanya manis seperti sukun goreng atau biji nangka rebus. Lecker deh...
Last but not least, beberapa yang menjadi catatan saya selama perjalanan Roma Athena adalah :
1. Masing-masing terkenal dengan tingginya copet, sehingga sebisa mungkin menghindari metro dan memanfaatkan alat transportasi lain seperti bus atau tram. Seandainya memang akan naik metro, semua barang berharga sebaiknya dijadikan satu tas, dan tas itu disimpan di balik jaket. Teman kami bahkan sudah mengalami 3 kali percobaan copet di Roma, namun semuanya langsung ketahuan dan pencopet membatalkan niatnya.
2. Transportasi umum di Roma maupun di Athena sudah integrated seperti Berlin. Hanya saja secara umum, justru kondisi fisik kereta jauh lebih bagus Athena dibandingkan Roma, sedangkan untuk bis masih jauh lebih bagus Roma dibanding Athena. Masing-masing kota memiliki jenis alat transportasi darat yang sama, yaitu metro (kereta bawah tanah), bis dan tram.
3. Harga suvenir di Roma jauh lebih murah dibandingkan dengan Athena. Namun harga makanan jauh lebih murah Athena dibandingkan dengan Roma. Suvenir murah di Athena dapat ditemui di Plaka atau Monastiraki, sedangkan souvenir di Roma hampir di semua tempat berharga sama.
4. Daily ticket Athena juga lebih murah dibanding Roma, hanya 4 E/org dibandingkan 6E/org.
5. Hot chocolate Roma wajib dicoba, karena rasanya enak sekali, kisaran harga antara 2-6E tergantung besar kecilnya gelas dan kelas cafe yang dikunjungi.
6. Satu hal yang sangat mengganggu di Athena adalah banyaknya anjing liar di sepanjang jalan. Sama seperti di Berlin, saya menjumpai banyak sekali anjing, tapi saya merasa aman karena anjing ini selalu dipelihara oleh pemiliknya. Anjing di Athena ini membahayakan karena tidak ada pemiliknya, cenderung tidak bersih, suka mengikuti orang dan berada di tempat-tempat wisata, bahkan sampai masuk ke dalam Acropolis sekalipun; yang merupakan kawasan konservasi bangunan internasional.
Sebagai catatan akhir perjalanan ini, semakin menguatkan bahwa saya cinta sekali Indonesia. Rasanya matahari Indonesia, keindahan alam dan kenikmatan makanan khas Indonesia jauh lebih menarik bagi saya :)