Tuesday, 5 February 2013

Sarana Umum dan Masyarakat Muslim di Barcelona


Kembali mengamati angkutan umum di Barcelona, mengenalkan perbedaan yang cukup mendasar pada simplifikasi dan standarisasi sistem. Di Barca, saya melihat untuk angkutan kereta dan angkutan umum lainnya sudah mempunyai standar desain yang sama dengan Berlin. Hanya sistem kontrol dan keamanan yang berbeda. Setiap akan naik kereta,  kita harus masukkan kartu.  Jadi di dalam kartu itu akan tersimpan data voucher kita dan kemudian di belakang kartu, akan terlihat kapan, dimana dan sudah berapa kali kita menggunakan kartu kita. Sebenernya dengan begini, menurut saya, sistem sudah terstandarisasi dengan baik. Walaupun begitu, di setiap titik masuk stasiun, saya selalu melihat minimal 2 polisi menjaga dan mengontrol arus masuk dan keluar. Hmm, ini bedanya dengan Berlin. Sistem dibuat sederhana, dengan menerapkan model abonemen (setiap mahasiswa dapat dipastikan pasti punya semester ticket per semester dan rata-rata penduduk membeli Monatkarte ) sehingga  tidak dibutuhkan personil untuk melakukan pengontrolan.

Kontrol dilakukan secara random di dalam kereta atau bis, dan jarang sekali ditemukan masalah, karena pada umumnya penduduk sini sadar untuk tidak menjadi penumpang gelap hehe. Saya beberapa kali melihat, ada petugas di Barca yang harus membuka deposit kartu, karena terjadi kemacetan di pintu masuk. Pernah satu kali saya melihat petugas berdebat dengan penduduk karena, penduduk dengan sengaja menerobos pintu masuk. Saya sendiri sudah 2 kali mengalami masalah, di pintu tempat saya masukkan kartu, ternyata tdk terbuka dengan semestinya, sehingga harus melewati pintu lain. Abel yang duduk di kinderwagen, sering tidak dapat masuk karena pintu yang terbuka terlalu cepat tertutup kembali.

Sedangkan jenis kereta disini, sama dengan Berlin. ada Ubahn (kereta bawah tanah) dan Sbahn (kereta diatas jalan). U bahn disana dikenal dengan L linien dan S bahn dikenal dengan R linien. Kami sempat mencoba 2 macam jalur ini, dan merasakan sangat nyaman dan sangat bisa diandalkan ketepatannya. Hanya satu tips, bagi yang ingin berpergian ke Barcelona juga, Ini terkait dengan pengalaman kami. Pada saat sudah keluar dari kereta dari bandara (Aeroport) dan akan connecting ke kereta lain,  kami memilih LIFT, karena membawa anak dengan kinderwgaen dan barang bawaan lain. Ternyata, dengan menggunakan LIFT dianggap sudah keluar dari stasiun, sehingga untuk menuju ke kereta berikutnya, wajib memvalidasi kartu lagi dan artinya mengurangi jumlah voucher kita. Keesokan harinya kami mencoba menggunakan eskalator, ternyata setelah 2 kali ganti kereta,  hanya dihitung 1 kali perjalanan. Hipotesa kami, selama kita ga keluar dari zona stasiun, berarti kita dianggap masih menggunakan 1 kali voucher kita. Saya ingat sistem seperti ini sudah diterapkan di busway jakarta kan ya? hehe

Di bidang sarana, saya melihat di hampir setiap simpul jalan ada 3 tempat sampah besar berwarna abu2. Sangat menganggu pemandangan. Sayang, saya ga sempat mengambil gambarnya, karena hari ke-3 di Barca, seharian hujan terus :(
Ini bedanya dengan Berlin, masalah persampahan sangat didesain dengan rapi dan tidak menganggu pemandangan. Sampah rata2 disimpan di belakang Wohngebiet (kompleks rumah), dan diambil secara periodik oleh petugas sampah. Dan sepertinya sama dengan desain angkutan umum, di Barcelona, desain tempat sampah pun sudah dibedakan menjadi 3 peruntukan : packung/papier (kardus dll), plastic (botol dll) dan restmull (sampah lain2).



Tempat sampah di Stasiun Besar Barcelona

Pintu kontrol ke stasiun besar Barcelona.

Informasi arah dan sampai dimana kita, di dalam kereta.


Di dalam keretapun, ada Kamarmandi khusus untuk handicapped.

Tempat sampah yang kompak di dalam kereta.

Di hari terakhir saya berkesempatan menemukan komunitas muslim di Barcelona. Mereka sebagian besar tinggal di daerah yang disebut al Raval, lokasinya di belakang La Rambla dan Marcet St Josep. Komunitas muslim terbesar Barcelona ada di distrik Catalunya dan mereka sebagian besar adalah warga Pakistan dan Maroko. Kami menemukan sebuah masjid yang cukup besar, namun sayangnya masjid ini hanya diperuntukkan bagi lelaki, jadi wanita dilarang masuk disini. Dan sekali lagi, saya tidak mengambil foto disini, mengingat sedikit aneh di tempat ini untuk berfoto2. Kampung al Raval dikenal sebagai kampung dengan tingkat kriminalitas tinggi. Banyak website ttg pariwisata Barcelona yang selalu menyebutkan utk selalu berhati2 dengan barang bawaan di Barcelona, terutama kalau berkunjung ke al Raval.
Saya pribadi merasakan efek yang cukup tidak merasa nyaman di sini, mungkin karena jarak antar bangunan yang sempit, bangunan cenderung kumuh, berbau tidak menyenangkan dan sedikit gelap. Walaupun pada dasarnya, aktivitas disini sama seperti yang saya lihat di kampung muslim dan multikultural di Wedding, tempat saya tinggal di Berlin.

Bagi yang menyukai kawasan konservasi dan urban heritage, Barcelona mungkin surganya ya. Banyak sekali bangunan2 yang memiliki gaya arsitektur yang sangat bagus, unik dan menonjol. Masing-masing bangunan disini mempunyai desain yang berbeda dengan yang lain. Di Barcelona terkenal sebagai kota kelahiran banyak arsitek terkemuka, saya lupa saking banyaknya, tp yang paling terkenal adalah Antonio Gaudi. Saya sempat mengunjungi 3 landmark hasil karya Gaudi, yaitu la Sagrada Familia, Casa Mila dan Parc Guell.
Untuk jalan2 seputaran Barcelona, kami memilih jasa bis hop off hop on. Dengan jam operasi 09.00-20.00, kami bebas berhenti dimana saja, dan naik bis lagi beberapa kali, selama jam operasi masih berlangsung. Kami membeli tiket seharga 25E/org utk 2 hari, jauh lebih murah dibanding 17E utk 1 hari. Dengan harga segitu, kami masih mendapat diskon masuk ke beberapa tempat wisata dan juga potongan harga makan di resto fastfood dll. Ohya, untuk makanan, disini ga susah kok cari makanan. Favorit kami tetap resto fastfood, yang banyak jenisnya di Plaza Catalunya. Kami juga bawa bekal kok, terutama untuk sarapan dan cemilan selama di jalan :). Untuk makanan halal, ada juga toko yang menjual kebab. Satu hal yang wajib dicoba di Barca adalah hot chocolate dan churos, sehr leckerrr....murah dan enakk banget.
Kami juga mencoba Paella, makanan khas yang terbuat dari nasi. Maklum, setelah 3 hari makan tanpa nasi, tetep saja perut Indo kami menagih nasi hihihi. Paella semacam nasi uduk yang dicampur dengan aneka topping pilihan, bisa seafood, ayam, daging atau lain2. Satu hal yang mesti diperhatikan disini adalah, biaya yang dikenakan untuk jasa pelayanan 1 org di restoran. Waktu kami makan paella di resto deket Parc Guell, kami kena jasa Servicio Pan 0.98E /org.

Sebagai penutup, saya merasakan pengalaman yang cukup menyenangkan, pertama kali jalan ke Eropa di musim dingin.
Niat hati ingin merasakan sedikit kehangatan, ternyata sampai di Barcelona masih dingin juga hehe.
Sepertinya saya yang harus membiasakan dengan kondisi dan udara dingin di Eropa, karena saya masih akan menemui 2 kali winter lagi sebelum saya pulang.


1 comment:

Mat Drat said...

Hi... saya dari Malaysia... bagus blog ini, byk info yg berguna.

Saya akan kesana May ini... cuma ingin bertanya ...
1.tempat solat di area La Ramblas dan Placa
Espanya
2. Ada suggestion tmpat jual Paella yg halal dan makan tanpa ragu ragu.

TQ