Tuesday 11 February 2014

Pendaftaran Sekolah Dasar

Bulan Oktober kami menerima surat dari Pemerintah Kota, yang menerangkan bahwa Abel harus masuk Sekolah Dasar per 1 Agustus 2014. Ini artinya, dia harus melalui serangkaian tes dan prosedur untuk menentukan kesiapan dan kelayakannya masuk SD.

Tahap selanjutnya, kami mendapat surat dari SD terdekat dari rumah. Isinya menyebutkan, bahwa kami harus mengisi form pendaftaran dan menyerahkan langsung ke Kantor Administrasi SD tersebut, sekaligus membuat janji untuk pemeriksaan selanjutnya. Selain form pendaftaran, dalam surat diselipkan juga 1 lembar formulir, yang berisi angket. Menyatakan bahwa ada 4 Sekolah Dasar yang harus dipilih oleh kami, dan kami diminta mengurutkan berdasarkan preferensi kami. Rupanya sistem Sekolah Dasar di Berlin ini sudah menggunakan Rayonisasi, artinya, si wajib sekolah hanya bisa terdaftar di salah satu dari 4 Sekolah Dasar tadi.

Namun demikian, dimungkinkan ada pengecualian, apabila ternyata orangtua mempunyai pertimbangan lain. Misal, teman saya yang berasal dari Ekuador dan menikah dengan orang Jerman, menginginkan anaknya masuk Sekolah Dasar bilingual spanyol-jerman. Prosedurnya, dia mendaftar dulu ke Sekolah Dasar yang ditunjuk oleh Pemerintah, kemudian Sekolah Dasar menulis surat keterangan bahwa orang tua menghendaki masuk ke sekolah bilingual. Dengan demikian, ada pernyataan dari pihak sekolah untuk membebaskan pilihan ke orangtua anak. Dengan surat itu, teman saya baru bisa mendaftarkan anaknya ke sekolah sesuai keinginan mereka.

Well, untuk pengalaman Abel, karena kami hanya menginginkan Abel sekolah di SD terdekat, akhirnya kami ikuti semua prosedur yang diminta. Setelah urusan pendaftaran di SD selesai, kami diberi jadwal untuk mengikuti pemeriksaan di Jungeamt (semacam badan khusus untuk urusan anak-anak).

Pada hari yang telah ditentukan, Abel diperiksa sekitar 1 jam. Rinciannya :
1. Pemeriksaan kesehatan dasar, misal pemeriksaan pendengaran, penglihatan, kemampuan bicara dan lain-lain. Sama seperti pemeriksaan periodik yang sudah Abel lakukan, yaitu U9 Unterschutzung.
2. Pemeriksaan fisik, seperti berapa tinggi badan dan berat badan.
3. Pemeriksaan kemampuan dasar untuk bisa sekolah.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan, apakah Abel dapat memahami perintah menirukan gambar, menirukan dan menceritakan kembali urutan angka/alfabet, memilih dan membedakan perbandingan gambar dan juga pengucapan vocal. Intinya melihat sejauh mana perkembangan motorik, sensorik dan linguistiknya.
Dan semua pemeriksaan ini dilakukan dalam bahasa Jerman.

Setelah selesai semua pemeriksaan, maka Dokter Anak yang memeriksa memutuskan bahwa, sebaiknya Abel tidak masuk SD dulu, tapi meneruskan proses belajarnya di TK. "Ihre Sohn sollst im KITA noch ein Jahr zuruck bleiben "
Dokter menjelaskan, karena Abel masih belum bisa fokus dan masih ingin main-main. Ditambah, kemampuan bahasa Jermannya yang harus ditambah, terutama pengucapan konsonan sambung bahasa jerman Abel yang belum jelas. Hal yang sama juga ditulis oleh pihak manajemen TK Abel, yang merekomendasikan bahwa sebaiknya Abel masih belajar di TK dulu.

Kata Dokternya, ga perlu khawatir, pada umumnya anak-anak Jerman yang lahir pada bulan November-Desember seperti Abel juga mengalami hal yang sama. Karena kebijakan wajib sekolah di Jerman dimulai sejak umur 5,5 tahun, bukan 7 tahun seperti di Indonesia.Hal terakhir yang kami lakukan pada hari itu adalah, menandatangani persetujuan untuk mengembalikan Abel ke TK semula.

Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota menerbitkan Gutschein baru untuk Abel, semacam voucher untuk masuk TK gratis. Selain itu juga, pihak SD yang sudah kami daftar, wajib mengembalikan semua folder data Abel ke Pemerintah Kota dan kemudian membuat surat yang isinya membebaskan Abel dari kebijakan Wajib Sekolah (Schulplichtig). 



Paspor Biru

Dua tahun lalu saat kami stop over di Istanbul dalam perjalanan ke Jakarta, Abi tersenyum menang, karena akhirnya kami hanya perlu membayar 2 kali VOA. Artinya, punya paspor biru itu menguntungkan karena  terbebas dari biaya VOA. 

Pun, akhirnya itu menjadi diskusi asyik kami di weekend kemaren, saat kami iseng mencari tahu, negara mana saja sih sebenernya yang bisa free visa, untuk pemegang paspor biru Indonesia. Salah satu yang cukup menarik, ternyata paspor biru itu gratis juga masuk Russia dan Albania, 2 negara yang menjadi salah satu tujuan wisata cita-cita kami.

Kesaktian paspor biru teruji lagi kalau kami pulang ke Indonesia, dan harus antri pemeriksaan. Dengan menunjukkan paspor biru, petugas langsung mempersilahkan kami antri di loket khusus,  yang antriannya tidak sebanyak dan sepanjang loket lainnya. Yeaayyy !!

Walaupun demikian, kadang punya paspor biru juga ga sakti-sakti amat kok. Ini terbukti waktu kami masuk ke Bandara Menara, Marrakesh. Petugas bandara mempermasalahkan status Abi yang student, tapi punya paspor biru. Ternyata interpretasi petugasnya, pemilik paspor biru adalah pegawai (baca : pejabat) pemerintah...hehe padahal kalau di Indonesia, pegawai negeri sipil yang bukan pejabatpun harus punya paspor biru :)