Tuesday, 11 February 2014

Pendaftaran Sekolah Dasar

Bulan Oktober kami menerima surat dari Pemerintah Kota, yang menerangkan bahwa Abel harus masuk Sekolah Dasar per 1 Agustus 2014. Ini artinya, dia harus melalui serangkaian tes dan prosedur untuk menentukan kesiapan dan kelayakannya masuk SD.

Tahap selanjutnya, kami mendapat surat dari SD terdekat dari rumah. Isinya menyebutkan, bahwa kami harus mengisi form pendaftaran dan menyerahkan langsung ke Kantor Administrasi SD tersebut, sekaligus membuat janji untuk pemeriksaan selanjutnya. Selain form pendaftaran, dalam surat diselipkan juga 1 lembar formulir, yang berisi angket. Menyatakan bahwa ada 4 Sekolah Dasar yang harus dipilih oleh kami, dan kami diminta mengurutkan berdasarkan preferensi kami. Rupanya sistem Sekolah Dasar di Berlin ini sudah menggunakan Rayonisasi, artinya, si wajib sekolah hanya bisa terdaftar di salah satu dari 4 Sekolah Dasar tadi.

Namun demikian, dimungkinkan ada pengecualian, apabila ternyata orangtua mempunyai pertimbangan lain. Misal, teman saya yang berasal dari Ekuador dan menikah dengan orang Jerman, menginginkan anaknya masuk Sekolah Dasar bilingual spanyol-jerman. Prosedurnya, dia mendaftar dulu ke Sekolah Dasar yang ditunjuk oleh Pemerintah, kemudian Sekolah Dasar menulis surat keterangan bahwa orang tua menghendaki masuk ke sekolah bilingual. Dengan demikian, ada pernyataan dari pihak sekolah untuk membebaskan pilihan ke orangtua anak. Dengan surat itu, teman saya baru bisa mendaftarkan anaknya ke sekolah sesuai keinginan mereka.

Well, untuk pengalaman Abel, karena kami hanya menginginkan Abel sekolah di SD terdekat, akhirnya kami ikuti semua prosedur yang diminta. Setelah urusan pendaftaran di SD selesai, kami diberi jadwal untuk mengikuti pemeriksaan di Jungeamt (semacam badan khusus untuk urusan anak-anak).

Pada hari yang telah ditentukan, Abel diperiksa sekitar 1 jam. Rinciannya :
1. Pemeriksaan kesehatan dasar, misal pemeriksaan pendengaran, penglihatan, kemampuan bicara dan lain-lain. Sama seperti pemeriksaan periodik yang sudah Abel lakukan, yaitu U9 Unterschutzung.
2. Pemeriksaan fisik, seperti berapa tinggi badan dan berat badan.
3. Pemeriksaan kemampuan dasar untuk bisa sekolah.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan, apakah Abel dapat memahami perintah menirukan gambar, menirukan dan menceritakan kembali urutan angka/alfabet, memilih dan membedakan perbandingan gambar dan juga pengucapan vocal. Intinya melihat sejauh mana perkembangan motorik, sensorik dan linguistiknya.
Dan semua pemeriksaan ini dilakukan dalam bahasa Jerman.

Setelah selesai semua pemeriksaan, maka Dokter Anak yang memeriksa memutuskan bahwa, sebaiknya Abel tidak masuk SD dulu, tapi meneruskan proses belajarnya di TK. "Ihre Sohn sollst im KITA noch ein Jahr zuruck bleiben "
Dokter menjelaskan, karena Abel masih belum bisa fokus dan masih ingin main-main. Ditambah, kemampuan bahasa Jermannya yang harus ditambah, terutama pengucapan konsonan sambung bahasa jerman Abel yang belum jelas. Hal yang sama juga ditulis oleh pihak manajemen TK Abel, yang merekomendasikan bahwa sebaiknya Abel masih belajar di TK dulu.

Kata Dokternya, ga perlu khawatir, pada umumnya anak-anak Jerman yang lahir pada bulan November-Desember seperti Abel juga mengalami hal yang sama. Karena kebijakan wajib sekolah di Jerman dimulai sejak umur 5,5 tahun, bukan 7 tahun seperti di Indonesia.Hal terakhir yang kami lakukan pada hari itu adalah, menandatangani persetujuan untuk mengembalikan Abel ke TK semula.

Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota menerbitkan Gutschein baru untuk Abel, semacam voucher untuk masuk TK gratis. Selain itu juga, pihak SD yang sudah kami daftar, wajib mengembalikan semua folder data Abel ke Pemerintah Kota dan kemudian membuat surat yang isinya membebaskan Abel dari kebijakan Wajib Sekolah (Schulplichtig). 



Paspor Biru

Dua tahun lalu saat kami stop over di Istanbul dalam perjalanan ke Jakarta, Abi tersenyum menang, karena akhirnya kami hanya perlu membayar 2 kali VOA. Artinya, punya paspor biru itu menguntungkan karena  terbebas dari biaya VOA. 

Pun, akhirnya itu menjadi diskusi asyik kami di weekend kemaren, saat kami iseng mencari tahu, negara mana saja sih sebenernya yang bisa free visa, untuk pemegang paspor biru Indonesia. Salah satu yang cukup menarik, ternyata paspor biru itu gratis juga masuk Russia dan Albania, 2 negara yang menjadi salah satu tujuan wisata cita-cita kami.

Kesaktian paspor biru teruji lagi kalau kami pulang ke Indonesia, dan harus antri pemeriksaan. Dengan menunjukkan paspor biru, petugas langsung mempersilahkan kami antri di loket khusus,  yang antriannya tidak sebanyak dan sepanjang loket lainnya. Yeaayyy !!

Walaupun demikian, kadang punya paspor biru juga ga sakti-sakti amat kok. Ini terbukti waktu kami masuk ke Bandara Menara, Marrakesh. Petugas bandara mempermasalahkan status Abi yang student, tapi punya paspor biru. Ternyata interpretasi petugasnya, pemilik paspor biru adalah pegawai (baca : pejabat) pemerintah...hehe padahal kalau di Indonesia, pegawai negeri sipil yang bukan pejabatpun harus punya paspor biru :)

Sunday, 19 January 2014

Tiba di Marrakesh

Dimulai dari cerita trman baru saya ttg impiannya liat Milky Way di Maroko, kamipun tertarik untuk datang ke Maroko. Selain bisa masuk tanpa visa kami sudah membayangkan bahwa kami akan bisa menikmati kuliner halal dengan harga yang relatif murah. Ini nih yang paling saya suka,karena perjalanan kami sebelumnya saya selalu harus menyiapkan dan membawa nasi dan lauk pauk awal untuk survival di hari pertama. Maklum saja, selain perut yang indonesia sekali alias harus makan nasi tapi juga pertimbangan bahwa di hari pertama kedatangan pasti kami belum kenal daerah tujuan wisata sehingga belum tahu tempat makan yang halal dimana saja.

Well...akhirnya setelah beberapa trip,trip kali ini saya bener bener bisa packing light :)
Bonus kedua adalah tentang tanggal kedatangan. Kami selalu mencari tanggal termurah dan pesan paling tidak 3 bln sebelumnya. Senangnya begitu kami tahu bahwa ternyata hari itu adalah Maulid Nabi. What a coincidence !! Membayangkan bakal jalan-jalan di negeri al Maghribi saja sudah memberi semangat ekstra buat trip kali ini.

Setibanya di bandara Menara, bonus ketiga adalah temen baru suami bersedia menjemput kami dan menjadi gaet. Alhamdulillah. Bahasa utama di Maroko adalah Arab, Prancis dan Spanyol yang tidak kami kuasai sama sekali. Ditambah informalitas khas Maroko yang menghadirkan banyak elemen kejutan membuat kami merasa bersyukur punya teman baik yang mau menemani, setidaknya kami bisa lebih hemat waktu karena prevalensi kesasar jadi minim.

Subhanallah...langsung nyes dada saya, sampai di Marrakesh disambut dengan adzan Maghrib. Setelah selama ini hanya mendengarkan virtual adzan hampir 3 tahun tinggal di Berlin. 
I am home...itu yg saya rasakan dalam perjalanan keluar bandara. Dimulai dengan transaksi menawar taksi sampai  perjalanan ke hotel kami, menembus kesemrawutan lalu lintas Marrakesh. Pencampuran antar moda, tuk tuk (semacam bajaj), pengendara (mobil, motor dan sepeda), penyeberangan jalan sembarangan dan banyak sekali bis yang ngetem...hehe.

Setelah check-in, tujuan pertama adalah cari makan di Djema el Fna. Kami menginap di Riad, rumah asli suku Berber yang disewakan dan dikelola seperti hotel; Riad Casa Sophia. Jalan kaki dari Riad hanya 2 menit sampailah kita di alun-alun terbesar di Marrakesh,pusat aktivitas kuliner dan seni khas Maroko yang menjadi salah satu warisan budaya UNESCO.
Kami memilih tenda yang menjual olahan sapi dan kambing. Saya dan abel mencoba daging sapi dan suami saya makan kepala kambing. Das war super lekker !!! Alhamdulillah...enak, murah dan halal.

Yang Unik dari Maroko

Kali ini kami berkesempatan berkunjung ke benua Afrika. Pas dapet tiket murah dan enaknya lagi gratis visa untuk warga Indonesia sampe 60 hari.

1. Pemeriksaan di Airport.
Dari awal sebelum berangkat, sudah banyak baca review tentang lamanya proses imigrasi di airport Menara Marrakesh, yang dibilang bisa sampai 2 jam. Ga mbayangin sebelumnya, tapi ternyata emang betul. Mulai pertama datang, antriannya lama banget. Dicek satu2 nama, nomer paspor dll semuanya manual. Untuk kami sekeluarga, 3 orang, mulai dari pertama ngantri sampai lolos peeriksaan sekitar 45 menit.

Ini belum seberapa dibanding dengan pemeriksaan waktu mau boarding.
Kita sampe 2 kali ngantri loo...yang pertama sudah ngantri, dsuruh balik karena belum isi police form.
Terus balik lagi disuruh nyetempel boarding pass, padahal yo sudah check in online. Ternyata di dalam, hanya dibagi 2 antrian, cowok dan cewek, sehingga butuh waktu lagi untuk akhirnya bisa sampai di departure terminal :)

2. Nuker Uang.

Disini nuker uang mending di bandara atau di bank, rate cenderung lebih bagus dan tanpa komisi.
Jangan lupa simpan kuitansinya, karena nantinya akan kita perlukan kalau mau nuker balik.

Maroko punya aturan bahwa kita dilarang membawa uang minimal 1000 dirham ke luar maroko.
Jadi disarankan supaya uangnya dituker balik ke Euro. Paspor dan kuitansi akan diminta untuk proses ini. Paspor akan ditandai, dengan scan, sementara kuitansi sebagai bukti keaslian uang Dirham kita.

3. Taxi

Dikenal 2 jenis, petit taxi dan grand taxi. Petit taxi cukup utk 3 org dan warnanya berbeda di masing-masing kota. Pastel di marrakesh, merah di casablanca dan biru di rabat. Jangan sungkan menawar !!

Grand taxi lebih besar, bisa muat sampe 6 orang dan tarifnya cenderung lebih mahal.
Berdasarkan pengalaman kami, mending jalan agak jauh dari pangkalan taxi, karena biasanya harga bisa dinego dan mau pakai argo. Di Rabat, cenderung lebih sopan, hampir semua petit taxi, tanpa diminta, langsung nyalain argo. Sementara di Casa dan Marrakesh, taxi selalu ditawarkan dengan harga turis, apalagi kalau kita komunikasi dengan mereka pakai bahasa Inggris :(
Contoh : dari Menara airport ke Jemna el Fna, taxi 200 Dirham. Tapi kalau mau jalan sebentar keluar airport, harga taxi bisa 10 Dirham/org.

Taxi di Maroko bukan sepenuhnya milik kita. Jangan heran, kalau di tengah jalan, supir menaikkan penumpang lain di dalam taxi kita. 


4. Di maroko tidak wajib punya SIM untuk bisa naik motor.
Yang penting keliatan pakai helm dan nyetirnya baik2 saja, insya Allah amaannn hehe

5. Jenis alat transportasi disini apa aja ada.
Mulai dari motor roda 2, sepeda, keledai (khimar), motor box, kuda, mobil box. You name it !!
Yang jelas, semua motornya diimpor, karena Maroko tidak punya pabrik motor sendiri.
Selain yang formal, semacam petit taxi atau grand taxi, disini juga banyak mobil omprengan yang bisa
disewa sebagai alat angkut.


6. Keramahtamahan penduduk.
Pengalaman di Marrakesh, hampir semua orang yang dijumpai di sekitar tetenger bisa sedikitnya 3 bahasa, Arab, Prancis dan Inggris. Ya, Marrakesh sudah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata favorit, sehingga sebagian besar penggiat pariwisata menawarkan jasa restoran, penginapan dll dengan sedikit memaksa dan cenderung mengikuti kita sampai kita bilang Ya atau Tidak.

Awalnya mereka mengucapkan salam, lalu menawarkan jasa atau produk. Setelah kita bilang Tidak, mereka akan tetap tersenyum dan menjawab sambil menjabat erat tangan kita.."No worries brother, when you change your mind, please come to my stall. !!" Ini yang saya bilang, bahwa mereka ramah. Walaupun kita tidak tertarik, mereka akan tetap tersenyum dan menjawab dengan sopan.  

Keramahan berikutnya, kami jumpai di Riad. Pemilik/penjaga Riad selalu siap siaga menyediakan semua permintaan kita. Membantu apapun yang kita perlukan, termasuk info tempat wisata, tips menawar barang, bagaimana cara survival dan lain-lain.
Sepertinya penduduk sudah memahami bahwa sebagian besar ekonomi ereka tergantung dari sektor pariwisata, sehingga keramahan dan kemudahan diutamakan . 

7. Tisu, Botol Aqua dan Antibacterial Handwash.
Inget-inget untuk selalu bawa ini kalau mau ke toilet umum di Maroko. Sangat jarang dijumpai WC/toilet umum yang bersih. Antibacterial dipakai untuk cuci tangan, sebelum dan sesudah makan. Bahkan di restoran besarpun, seperti KFC di Stasiun Marrakesh tidak ada fasilitas cuci tangan dan toilet. Tapi toilet sudah disediakan secara komunal oleh pihak stasiun di tiap lantai.

8. Kesepakatan harga.
Selalu ingat untuk menyepakati harga sebelum melakukan transaksi apapun. Kalau perlu selalu siapkan kertas dan bolpen untuk menulis penawaran harga kita. Pengalaman saya membeli kartu pos, seharusnya hanya 20 Dirham, diminta membayar 240 Dirham. Sebagian besar orang Maroko, terutama yang tua, tidak pintar menghitung. Jadi harus sabar, menerangkan satu persatu, dan menjumlahnya secara manual.

Termasuk saat pagi hari, kami naik taxi dari Djemma el Fna ke stasiun Marrakesh. Pak supir bilang, "Okay second dirham !! " Kami memahaminya sebagai 20 Dirham.Untung saja, kami minta si Bapak menuliskan harga penawarannya di kertas, ternyata maksudnya adalah 50 dirham.

9. Air minum dan Roti, Gratis !!
Untuk makanan, di Maroko kita akan dapet best deal, at least menurut saya. Setiap kita datang untuk makan, baik di restoran pinggir jalan ataupun di restoran besar, standarnya adalah roti (keras) per orang satu buah (di toko harganya 1,2 dirham) dan segelas air putih (keran). Bagi yang merasa tidak aman minum air putih keran, bisa beli kok, harga standar untuk kemasan 1,5 liter adalah 6 Dirham dan yang 500 cc hanya 2 Dirham.

10. Karcis masuk.
Kami datang ke Marrakesh bertepatan dengan hari libur Maulid Nabi. Asyiknya, ternyata di hari libur, harga karcis masuk banyak diskon, dan seringnya Abel ga dihitung :) Ternyata memang ada aturan, untuk hari libur, disediakan diskon untuk siapa saja. Terutama memberi kesempatan warga Maroko, menikmati liburan dan jalan-jalan bersama keluarga. 


Well, ini hanya sebagian dari tips dan survival di Maroko berdasarkan pengalaman kami. Jangan panik, dan berubah pikiran untuk membatalkan niat ke Maroko. Kota-kota di Maroko sangat eksotis, kaya akan budaya dan sejarah serta murah untuk biaya makan.
Buat yang bisa bahasa Perancis atau Arab, pasti akan mendapatkan banyak kemudahan; membaca arah/pamflet/poster, mencari tahu lokasi, bagaimana nego harga di Souks, nego taxi dll. Ditambah, untuk yang sekarang sedang di Eropa, banyak sekali koneksi pesawat ke Maroko yang ditawarkan oleh pesawat low cost semacam Easy Jet, Jet Air, atau Ryan Air. Contoh: dari Berlin ke Marrakesh dan Agadir, dari Paris ke Fez, dari London ke Casablanca.


 'Traveling- it leaves you speechless, then turns you into a storyteller- Ibn Battuta'






Sunday, 1 December 2013

Ich bin Deutsche

Sudah 2 bulan ini Abel mulai pinter bahasa Jerman, tepatnya sejak dia pindah ke kelas TK B (grosseGruppe). Nah karena itu, dia selalu saja, bercerita apapun dalam bahasa Jerman.
Sampai-sampai mimpipun pakai bahasa Jerman.

Lucunya, kalau misalnya kami tidak terlalu paham apa maksudnya, secara kami ini tidak aktif
berbahasa Jerman, maka dia akan menjawab gini:

"Leider, kann ich nicht mehr auf Indonesisch sprechen, nur Deutsch bitte"
(Sayangnya, aku ga bisa lagi bahasa Indonesia ya, tolong pakai Jerman ajah..)

hihi..kami pun bengong dibuatnya

Andalusia Trip (Part end : Madrid)

Madrid merupakan kota terakhir perjalanan panjang kami, karena hanya melalui Madrid kami bisa melanjutkan perjalanan pulang ke Berlin. Sebenarnya bisa juga lewat kota Barcelona, hanya saja, kami sudah pernah ke Barcelona sebelumnya.

Perjalanan dengan bis selama 5 jam dari Cordoba ke Madrid, dengan tiket seharga 49,3 E untuk bertiga. Kurang lebih harga sekitar 18 E untuk dewasa dan 13 E untuk Abel, dengan bis Eurolines. Kami sengaja memilih bis, yang lebih ekonomis, dibanding naik kereta Renfe, dengan tiket 70 E/org dan perjalanan 1 jam 45 menit. Kami ambil bis pertama, jam 8 pagi. Bis berhenti jam 10 di kota kecil untuk sarapan, dan melanjutkan perjalanan ke Madrid. Bis sangat nyaman, standard bis Eropa dengan fasilitas lengkap; seperti reclining seat, kamar mandi, TV dan musik.  Sesampainya di Madrid, kami memutuskan untuk membeli tiket  transportasi umum 10 trip untuk sekeluarga, setelah berkonsultasi dengan petugas tiket yang stand by di depan mesin tiket. Harga tiket 12.2 E, dan setiap kali menggunakan moda transportasi, kita memvalidasi tiket sebanyak 2 kali, karena anak-anak gratis.
Enaknya di Madrid adalah, karena moda transportasi yang terintegrasi, maka tiket dapat dipakai untuk bis dan metro (subway).

Keberuntungan rupanya masih bersama kami. Di kota terakhir dan tujuan perjalanan terakhir, kami mendapati hotel kami sangat-sangat menyenangkan. Kamarnya luas, berada langsung di depan main entrance, dan ada balkon. Di bawah hotel, ada warung fast food paella (nasi goreng Spanyol) dan ayam bakar. Beda 2 gedung dari restoran tersebut, terdapat carrefour. Jadi kita bisa beli susunya abel, air putih dan cemilan. Di depan carrefour, ada restoran turki yang jual kebab dan makanan halal lainnya...hehe loncat2 kegirangan nih. Last but not least, hotel tersebut terletak hanya 2 blok di belakang Grand Via, jalur pedestrian teramai di Madrid (semacam Malioboro di Yogyakarta).

Niat utama di Madrid, sebenernya tidak sepenuhnya untuk menikmati landmark kota Madrid, namun lebih kepada kunjungan khusus ke Bernabue Stadium :D Selain karena salah satu rombongan adalah fans sejati el Real, namun juga karena bagi kami, ini saat yang tepat untuk mengenalkan dunia persebakbolaan pada jagoan kami. Dan benar saja, perasaan haru dan atmosfer sportif langsung kami rasakan. Begitu juga kami lihat langsung dari ekspresi Abel yang sangat menikmati kunjungan 3 jam di dalam Bernabue Stadium. Tiket seharga 19 E/orang (dengan waktu kunjungan tidak terbatas hehe) dan gratis untuk anak di bawah 5 tahun.

Keesokan paginya, kami jalan ke Plaza Mayor, salah satu plaza terbesar di Madrid dan tempat paling dikunjungi turis. Plaza Mayor ramai sekali pada hari Minggu itu, rupanya karena ada transaksi barang-barang koleksi (semacam flohmarkt di Jerman). Contoh barang yang dijualbelikan adalah kartupos, tutup bir, perangko, novel dan lain-lain. Taklupa kami mampir ke icon Madrid, yang berupa patung Beruang yang sedang memanjat pohon Macrodano (Bear and the MadroƱo Tree Statue) di dareah Puerto del Sol.
Mercardo de San Miguel, tujuan berikutnya. Pasar dalam ruangan, yang dibangun sejak 1913, tetap mempertahankan desain lama, sehingga berkesan antik namun modern, karena masuk ke dalam pasar itu melalui automatic rolling door. Pasarnya bersih sekali, padahal di dalamnya juga menjual buah, sayur, aneka ikan dan daging, juga cemilan. Kami sempet mencoba churros yang dimakan dengan coklat, salah satu makanan rakyat di Spanyol. Kami tertarik mencobanya, juga karena ada informasi bahwa churros yang mereka buat adalah halal :D

Target selanjutnya adalah Palacio Real, yang bersebelahan dengan Cathedral Madrid. Kami memutuskan untuk tidak masuk ke dalam Palacio Real, karena waktu yang harus diorganisir, mengingat sore harinya kami harus segera ke bandara. Namun, kami tidak lupa menyempatkan waktu untuk berfoto dan menunggu Abel yang sedang menikmati mengejar balon dari air sabun :)
Masih di sekitar lokasi itu, kami mengunjungi Taman Sabatini, melewati Plaza de Espana dan melanjutkan perjalanan ke Plaza de Cibeles. Dan karena cuaca yang cukup bersahabt, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu terakhir menikmati keindahan taman terbesar di Madrid; Retiro Park, sambil menikmati bekal makan siang disana.

Sampai waktunya kami ke bandara, dan ternyata tiket metro (subway) ke bandara 3 E/org, di luar harga tiket 10 times tersebut. Waktu perjalanan cukup cepat, sekitar 15 menit dari pusat kota ke Terminal kami.

Secara keseluruhan, impresi kami terhadap Andalusia sangat menakjubkan. Alhambra adalah satu-satunya tempat yang membuat kami takjub terhadap detail dan kemegahan desain dari pemerintahan Muslim di Granada. Kemegahan ini diafirmasi secara positif saat kami berkunjung ke reruntuhan Medina Az Zahra, di Cordoba. A trully breath-taking experience !!

Ada beberapa catatan dalam perjalanan ini, yang mungkin bermanfaat untuk yang ingin berkunjung ke Andalusia juga :)
1. Selalu dan sekali lagi, lakukan riset sebelum jalan-jalan itu sangat bermanfaat untuk time management selama ekskursi. Bukan hanya karena model perjalanan backpacker yang kami lakukan, namun juga karena kami membawa anak berumur 5 tahun, yang kadang-kadang memberikan kejutan2 indah di sela-sela perjalanan :)
2. Spanyol adalah salah satu tujuan utama wisata di Eropa, karena secara umum, negara ini lebih banyak mendapat sinar matahari dibandingkan negara lain di Eropa. Hanya saja, potensi ini tidak diikuti dengan kemampuan bahasa Inggris pelaku pariwisatanya. Sekali lagi, bahasa tarzan justru somehow sangat membantu.
3. Image negatif tentang Spanyol, tentang rawannya copet, tidak kami temui disini. Bagi kami, yang paling penting, dimanapun kita pergi, kita memang harus selalu menjaga barang-barang kita. So stay safe and keep an eye on our belongings is A MUST.
4. Berhubungan dengan keamanan, karena di setiap kota yang kami kunjungi, Cathedral adalah salah satu atraksi turis paling banyak dikunjungi, maka ada yang perlu diwaspadai. Yaitu banyaknya perempuan Gipsi yang ada di sekitar Cathedral, dan menawarkan daun (saya tidak tahu apa namanya) untuk berdoa, yang sebenarnya merupakan alibi untuk menjebak turis membayar dengan harga yang cukup mahal. Saya melihat sendiri, polisi Cordoba men-sweeping mereka, karena aktivitas mereka sudah mengganggu turis.
5. Masing-masing kota mempunyai sistem transportasi sendiri. Ada yang harus pakai beli collective ticket, misalnya 10 kali perjalanan (sevilla, madrid) atau bahkan bisa yang dibeli dengan eceran (granada, cordoba) karena pusat atraksi turisnya hanya menyebar di pusat kota. Sekali lagi kenali dengan baik, informasi secara detail, sehingga bisa memutuskan dengan tepat apa cara pembelian tiket yang dipilih.
6. Untuk makanan halal, andalan kami adalah kebab, roti atau mie. Biasanya dan selalunya di 2 hari pertama, suplai kami dipenuhi oleh makanan bekal dari Berlin. Kami selalu bawa, paling tidak abon dan kering, serta saus sambal, saus tomat dan kecap sebagai pelengkap untuk menikmati makanan di kota tujuan. Maklum, lidah kami terbiasa dengan masakan dengan bumbu komplit, sedangkan makanan Eropa secara umum cenderung hambar :( ohya, untuk informasi tentang makanan halal selalu kami tanyakan langsung ke petugas hotel pas check in.
7. Hotel di Spanyol, pada umumnya tidak luas. At least dengan ukuran hotel di negara lain yang biasa kami booking. Mungkin ini ada kaitannya, dengan peraturan pemerintah untuk mendukung preservasi bangunan tua. Ini juga terlihat dari lebar jalan umum yang rata-rata tidak bisa dilewati 2 mobil yang saling berpapasan. Kami lihat sendiri di Cordoba, hotel bintang 4 berlokasi di depan jalan selebar kurang dari 3 meter.

Well, perjalanan ke Andalusia ini rupanya justru menguak rasa keingintahuan kami untuk mengunjungi lagi, bagian lain negara Eropa yang masih sangat kuat dengan sejarah dan peninggalan Islam. Paling tidak, seandainya kami mendapat rejeki jalan-jalan ke negara lain, kami juga ingin melihat bagian kota/negara tersebut, yang masih menyimpan sejarah dan budaya Islam. Semoga :)

Andalusia Trip (Part 3 : Sevilla)

La Giralda Minaret adalah motivasi utama untuk mengunjungi Sevilla.

Perjalanan ke Sevilla, kali ini kami coba dengan menggunakan kereta cepat. Ada 3 jenis kereta cepat dari Cordoba ke Sevilla, yang dioperasikan oleh Renfe. Yang paling cepat adalah jenis AVE dengan harga 34 E/orang/one way dan waktu tempuh 45 menit. Sedangkan jenis kedua adalah AVANT, dengan waktu tempuh sama, tapi harganya sekitar 20 E/org/one way. Kami memilih dengan MD (Media Distancia), dengan harga 10.75 E/orang untuk sekali jalan. Sedangkan anak-anak berumur 3-14 tahun mendapat diskon 40%, sehingga Abel hanya membayar 7.5 E. Interior kereta MD, sekelas dengan kereta RE di Jerman, dan kecepatan rata-rata adalah sekitar 110-140 km/ jam, sehingga perjalanan Cordoba-Sevilla kami tempuh hanya dalam waktu 1 jam 20 menit.

Sampai di Sevilla, kami membeli tiket 10 kali perjalanan yang dapat dipakai oleh seluruh keluarga. Tiket dapat dibeli di toko rokok atau koran, dengan harga 8.50 E. Isi di dalam chip adalah 7 E, setara dengan 10 kali perjalanan. Apabila chip dikembalikan, maka kita mendapat return money sebesar 2 E. Sementara kalau kita beli eceran, sekali jalan, harus membayar 1.5 E. So, bagi kami, pemilihan tiket 10 trip sudah tepat.

Tujuan pertama adalah Plaza de Espana dan Parque Maria Luisa.
Plaza de Espana, dibangun tahun 1929 berdekatan dengan Plaza de America, yang dibangun untuk memeriahkan America-Spanish Exhibition. Dengan pembangunan Plaza de Espana ini, kemudian Sevilla dikenal dalam peta pariwisata Spanyol, karena desain Plaza de Espana yang sungguh indah. Dari sini menuju ke Cathedral Sevilla, tempat dimana terdapat La Giralda. Kami melewati salah satu landmark yaitu pabrik rokok tertua di Sevilla (Fabrica de Tobaco) yang bagian belakang kompleks gedungnya sekarang berubah fungsi menjadi Universitas.
Sampai di Cathedral, antrian sudah mengular. Dengan tiket masuk 8 E/org, masuklah kami ke dalam kompleks Cathedral, yang dulunya merupakan mesjid utama Sevilla. Sebenernya ada keuntungan bagi student di bawah 25 tahun, yaitu diskon tiket masuk, dan hanya membayar 3 E/org. Sayangnya usia kami berdua adalah 25 tahun plus plus :D

Palacio de San Telmo, adalah bangunan yang kaya dengan gaya arsitektur Baroque. Konon ceritanya, Ratu Maria Luisa memberikan sebagian lahan untuk keperluan keuskupan dan seminari. Sedangkan Parque Maria Luisa berupa taman kota yang dibangun tahun 1929 untuk mengenang Ratu Maria Luisa dengan konsep yang menonjolkan keindahan dan banyak air mancur.

Sampai di dalam Cathedral, kami langsung potret2 dan menuju ke La Giralda Minaret. Penasaran banget, karena konon katanya ini merupakan satu dari 3 Minaret peninggalan Almohad yang masih well preserved, selain Kutubiyyan di Maroko dan Tower Hasan di Rabat. Setelah baca sejarahnya, memang Minaret ini masih mempertahankan desain bangunan yang didirikan sejak 1184. Tahun 1400, setelah gempa bumi yang melanda Sevilla, maka minaret ini direnovasi dan bagian atasnya ditambahi lonceng gereja. Pertama kalinya, minaret ini dibangun dengan tinggi 70 meter, dan setelah renovasi kedua di tahun 1558, maka tinggi totalnya menjadi 94 meter. Yang unik lainnya adalah, untuk mencapai level tertinggi minaret ini, arsitek Ibn Basso, tidak membuat tangga, namun ramp sebanyak 34 level. Ramp ini, ternyata masih dapat dipakai sampai sekarang, bahkan untuk pengunjung dengan kursi roda atau stroller seperti saya. Masing-masing ramp ada tanda/ nomer level.
Bonusnya adalah, setelah melewati beberapa level, pada bagian dinding diberi bukaan seperti celah/jendela, dengan view kota Sevilla dari berbagai arah. Dan di depan jendela tersebut, ada beberapa memorabilia yang menceritakan elemen penting dan prosses pembangunan minaret ini. Masing-masing ramp mempunyai dimensi panjang sekitar 4-6 meter dan lebar 1,5 meter.

Setelah puas berkeliling sekitar Cathedral, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke arah Selatan, dan bertemu dengan Plaza de Torros del Maenstranza. Yaitu tempat pertandingan matador yang sekarang sudah tidak digunakan lagi. Di depan gedung matador ini, ada sungai besar Quadalquivir, yang di ujungnya ada Torre del Oro. Torre del Oro atau Tower Emas merupakan salah satu landmark yang fungsinya sebagai orientasi untuk masuk ke Sevilla, selain La Giralda. Yah, tentu saja, karena Sevilla merupakan salah satu kota pelabuhan dan kota perdagangan yang besar di Spanyol sejak dahulu.

Sebelum pulang kembali ke Cordoba dengan kereta, sisa waktu dimanfaatkan untuk jalan-jalan di sekitar kota. Kami sengaja tidak naik bis menuju ke stasiun, tapi jalan kaki menyusuri rute menuju stasiun. Kurang lebih 30 menit perjalanan, kami masih sempet menengok kawasan Casa di Pilatos, yang kaya dengan bangunan berdesain Rennaisance, Ayuntamiento (gedung pemerintah dengan desain bangunan yang sangat antik), Santa Cruz district dan sisa reruntuhan Tembok Roman yang letaknya tepat di tengah pusat kota.