Madrid merupakan kota terakhir perjalanan panjang kami, karena hanya
melalui Madrid kami bisa melanjutkan perjalanan pulang ke Berlin.
Sebenarnya bisa juga lewat kota Barcelona, hanya saja, kami sudah pernah
ke Barcelona sebelumnya.
Perjalanan dengan bis selama 5 jam dari Cordoba ke Madrid, dengan tiket seharga 49,3 E untuk bertiga. Kurang lebih harga sekitar 18 E untuk dewasa dan 13 E untuk Abel, dengan bis Eurolines. Kami sengaja memilih bis, yang lebih ekonomis, dibanding naik kereta Renfe, dengan tiket 70 E/org dan perjalanan 1 jam 45 menit. Kami ambil bis pertama, jam 8 pagi. Bis berhenti jam 10 di kota kecil untuk sarapan, dan melanjutkan perjalanan ke Madrid. Bis sangat nyaman, standard bis Eropa dengan fasilitas lengkap; seperti reclining seat, kamar mandi, TV dan musik. Sesampainya di Madrid, kami memutuskan untuk membeli tiket transportasi umum 10 trip untuk sekeluarga, setelah berkonsultasi dengan petugas tiket yang stand by di depan mesin tiket. Harga tiket 12.2 E, dan setiap kali menggunakan moda transportasi, kita memvalidasi tiket sebanyak 2 kali, karena anak-anak gratis.
Enaknya di Madrid adalah, karena moda transportasi yang terintegrasi, maka tiket dapat dipakai untuk bis dan metro (subway).
Keberuntungan rupanya masih bersama kami. Di kota terakhir dan tujuan perjalanan terakhir, kami mendapati hotel kami sangat-sangat menyenangkan. Kamarnya luas, berada langsung di depan main entrance, dan ada balkon. Di bawah hotel, ada warung fast food paella (nasi goreng Spanyol) dan ayam bakar. Beda 2 gedung dari restoran tersebut, terdapat carrefour. Jadi kita bisa beli susunya abel, air putih dan cemilan. Di depan carrefour, ada restoran turki yang jual kebab dan makanan halal lainnya...hehe loncat2 kegirangan nih. Last but not least, hotel tersebut terletak hanya 2 blok di belakang Grand Via, jalur pedestrian teramai di Madrid (semacam Malioboro di Yogyakarta).
Niat utama di Madrid, sebenernya tidak sepenuhnya untuk menikmati landmark kota Madrid, namun lebih kepada kunjungan khusus ke Bernabue Stadium :D Selain karena salah satu rombongan adalah fans sejati el Real, namun juga karena bagi kami, ini saat yang tepat untuk mengenalkan dunia persebakbolaan pada jagoan kami. Dan benar saja, perasaan haru dan atmosfer sportif langsung kami rasakan. Begitu juga kami lihat langsung dari ekspresi Abel yang sangat menikmati kunjungan 3 jam di dalam Bernabue Stadium. Tiket seharga 19 E/orang (dengan waktu kunjungan tidak terbatas hehe) dan gratis untuk anak di bawah 5 tahun.
Keesokan paginya, kami jalan ke Plaza Mayor, salah satu plaza terbesar di Madrid dan tempat paling dikunjungi turis. Plaza Mayor ramai sekali pada hari Minggu itu, rupanya karena ada transaksi barang-barang koleksi (semacam flohmarkt di Jerman). Contoh barang yang dijualbelikan adalah kartupos, tutup bir, perangko, novel dan lain-lain. Taklupa kami mampir ke icon Madrid, yang berupa patung Beruang yang sedang memanjat pohon Macrodano (Bear and the Madroño Tree Statue) di dareah Puerto del Sol.
Mercardo de San Miguel, tujuan berikutnya. Pasar dalam ruangan, yang dibangun sejak 1913, tetap mempertahankan desain lama, sehingga berkesan antik namun modern, karena masuk ke dalam pasar itu melalui automatic rolling door. Pasarnya bersih sekali, padahal di dalamnya juga menjual buah, sayur, aneka ikan dan daging, juga cemilan. Kami sempet mencoba churros yang dimakan dengan coklat, salah satu makanan rakyat di Spanyol. Kami tertarik mencobanya, juga karena ada informasi bahwa churros yang mereka buat adalah halal :D
Target selanjutnya adalah Palacio Real, yang bersebelahan dengan Cathedral Madrid. Kami memutuskan untuk tidak masuk ke dalam Palacio Real, karena waktu yang harus diorganisir, mengingat sore harinya kami harus segera ke bandara. Namun, kami tidak lupa menyempatkan waktu untuk berfoto dan menunggu Abel yang sedang menikmati mengejar balon dari air sabun :)
Masih di sekitar lokasi itu, kami mengunjungi Taman Sabatini, melewati Plaza de Espana dan melanjutkan perjalanan ke Plaza de Cibeles. Dan karena cuaca yang cukup bersahabt, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu terakhir menikmati keindahan taman terbesar di Madrid; Retiro Park, sambil menikmati bekal makan siang disana.
Sampai waktunya kami ke bandara, dan ternyata tiket metro (subway) ke bandara 3 E/org, di luar harga tiket 10 times tersebut. Waktu perjalanan cukup cepat, sekitar 15 menit dari pusat kota ke Terminal kami.
Secara keseluruhan, impresi kami terhadap Andalusia sangat menakjubkan. Alhambra adalah satu-satunya tempat yang membuat kami takjub terhadap detail dan kemegahan desain dari pemerintahan Muslim di Granada. Kemegahan ini diafirmasi secara positif saat kami berkunjung ke reruntuhan Medina Az Zahra, di Cordoba. A trully breath-taking experience !!
Ada beberapa catatan dalam perjalanan ini, yang mungkin bermanfaat untuk yang ingin berkunjung ke Andalusia juga :)
1. Selalu dan sekali lagi, lakukan riset sebelum jalan-jalan itu sangat bermanfaat untuk time management selama ekskursi. Bukan hanya karena model perjalanan backpacker yang kami lakukan, namun juga karena kami membawa anak berumur 5 tahun, yang kadang-kadang memberikan kejutan2 indah di sela-sela perjalanan :)
2. Spanyol adalah salah satu tujuan utama wisata di Eropa, karena secara umum, negara ini lebih banyak mendapat sinar matahari dibandingkan negara lain di Eropa. Hanya saja, potensi ini tidak diikuti dengan kemampuan bahasa Inggris pelaku pariwisatanya. Sekali lagi, bahasa tarzan justru somehow sangat membantu.
3. Image negatif tentang Spanyol, tentang rawannya copet, tidak kami temui disini. Bagi kami, yang paling penting, dimanapun kita pergi, kita memang harus selalu menjaga barang-barang kita. So stay safe and keep an eye on our belongings is A MUST.
4. Berhubungan dengan keamanan, karena di setiap kota yang kami kunjungi, Cathedral adalah salah satu atraksi turis paling banyak dikunjungi, maka ada yang perlu diwaspadai. Yaitu banyaknya perempuan Gipsi yang ada di sekitar Cathedral, dan menawarkan daun (saya tidak tahu apa namanya) untuk berdoa, yang sebenarnya merupakan alibi untuk menjebak turis membayar dengan harga yang cukup mahal. Saya melihat sendiri, polisi Cordoba men-sweeping mereka, karena aktivitas mereka sudah mengganggu turis.
5. Masing-masing kota mempunyai sistem transportasi sendiri. Ada yang harus pakai beli collective ticket, misalnya 10 kali perjalanan (sevilla, madrid) atau bahkan bisa yang dibeli dengan eceran (granada, cordoba) karena pusat atraksi turisnya hanya menyebar di pusat kota. Sekali lagi kenali dengan baik, informasi secara detail, sehingga bisa memutuskan dengan tepat apa cara pembelian tiket yang dipilih.
6. Untuk makanan halal, andalan kami adalah kebab, roti atau mie. Biasanya dan selalunya di 2 hari pertama, suplai kami dipenuhi oleh makanan bekal dari Berlin. Kami selalu bawa, paling tidak abon dan kering, serta saus sambal, saus tomat dan kecap sebagai pelengkap untuk menikmati makanan di kota tujuan. Maklum, lidah kami terbiasa dengan masakan dengan bumbu komplit, sedangkan makanan Eropa secara umum cenderung hambar :( ohya, untuk informasi tentang makanan halal selalu kami tanyakan langsung ke petugas hotel pas check in.
7. Hotel di Spanyol, pada umumnya tidak luas. At least dengan ukuran hotel di negara lain yang biasa kami booking. Mungkin ini ada kaitannya, dengan peraturan pemerintah untuk mendukung preservasi bangunan tua. Ini juga terlihat dari lebar jalan umum yang rata-rata tidak bisa dilewati 2 mobil yang saling berpapasan. Kami lihat sendiri di Cordoba, hotel bintang 4 berlokasi di depan jalan selebar kurang dari 3 meter.
Well, perjalanan ke Andalusia ini rupanya justru menguak rasa keingintahuan kami untuk mengunjungi lagi, bagian lain negara Eropa yang masih sangat kuat dengan sejarah dan peninggalan Islam. Paling tidak, seandainya kami mendapat rejeki jalan-jalan ke negara lain, kami juga ingin melihat bagian kota/negara tersebut, yang masih menyimpan sejarah dan budaya Islam. Semoga :)
Perjalanan dengan bis selama 5 jam dari Cordoba ke Madrid, dengan tiket seharga 49,3 E untuk bertiga. Kurang lebih harga sekitar 18 E untuk dewasa dan 13 E untuk Abel, dengan bis Eurolines. Kami sengaja memilih bis, yang lebih ekonomis, dibanding naik kereta Renfe, dengan tiket 70 E/org dan perjalanan 1 jam 45 menit. Kami ambil bis pertama, jam 8 pagi. Bis berhenti jam 10 di kota kecil untuk sarapan, dan melanjutkan perjalanan ke Madrid. Bis sangat nyaman, standard bis Eropa dengan fasilitas lengkap; seperti reclining seat, kamar mandi, TV dan musik. Sesampainya di Madrid, kami memutuskan untuk membeli tiket transportasi umum 10 trip untuk sekeluarga, setelah berkonsultasi dengan petugas tiket yang stand by di depan mesin tiket. Harga tiket 12.2 E, dan setiap kali menggunakan moda transportasi, kita memvalidasi tiket sebanyak 2 kali, karena anak-anak gratis.
Enaknya di Madrid adalah, karena moda transportasi yang terintegrasi, maka tiket dapat dipakai untuk bis dan metro (subway).
Keberuntungan rupanya masih bersama kami. Di kota terakhir dan tujuan perjalanan terakhir, kami mendapati hotel kami sangat-sangat menyenangkan. Kamarnya luas, berada langsung di depan main entrance, dan ada balkon. Di bawah hotel, ada warung fast food paella (nasi goreng Spanyol) dan ayam bakar. Beda 2 gedung dari restoran tersebut, terdapat carrefour. Jadi kita bisa beli susunya abel, air putih dan cemilan. Di depan carrefour, ada restoran turki yang jual kebab dan makanan halal lainnya...hehe loncat2 kegirangan nih. Last but not least, hotel tersebut terletak hanya 2 blok di belakang Grand Via, jalur pedestrian teramai di Madrid (semacam Malioboro di Yogyakarta).
Niat utama di Madrid, sebenernya tidak sepenuhnya untuk menikmati landmark kota Madrid, namun lebih kepada kunjungan khusus ke Bernabue Stadium :D Selain karena salah satu rombongan adalah fans sejati el Real, namun juga karena bagi kami, ini saat yang tepat untuk mengenalkan dunia persebakbolaan pada jagoan kami. Dan benar saja, perasaan haru dan atmosfer sportif langsung kami rasakan. Begitu juga kami lihat langsung dari ekspresi Abel yang sangat menikmati kunjungan 3 jam di dalam Bernabue Stadium. Tiket seharga 19 E/orang (dengan waktu kunjungan tidak terbatas hehe) dan gratis untuk anak di bawah 5 tahun.
Keesokan paginya, kami jalan ke Plaza Mayor, salah satu plaza terbesar di Madrid dan tempat paling dikunjungi turis. Plaza Mayor ramai sekali pada hari Minggu itu, rupanya karena ada transaksi barang-barang koleksi (semacam flohmarkt di Jerman). Contoh barang yang dijualbelikan adalah kartupos, tutup bir, perangko, novel dan lain-lain. Taklupa kami mampir ke icon Madrid, yang berupa patung Beruang yang sedang memanjat pohon Macrodano (Bear and the Madroño Tree Statue) di dareah Puerto del Sol.
Mercardo de San Miguel, tujuan berikutnya. Pasar dalam ruangan, yang dibangun sejak 1913, tetap mempertahankan desain lama, sehingga berkesan antik namun modern, karena masuk ke dalam pasar itu melalui automatic rolling door. Pasarnya bersih sekali, padahal di dalamnya juga menjual buah, sayur, aneka ikan dan daging, juga cemilan. Kami sempet mencoba churros yang dimakan dengan coklat, salah satu makanan rakyat di Spanyol. Kami tertarik mencobanya, juga karena ada informasi bahwa churros yang mereka buat adalah halal :D
Target selanjutnya adalah Palacio Real, yang bersebelahan dengan Cathedral Madrid. Kami memutuskan untuk tidak masuk ke dalam Palacio Real, karena waktu yang harus diorganisir, mengingat sore harinya kami harus segera ke bandara. Namun, kami tidak lupa menyempatkan waktu untuk berfoto dan menunggu Abel yang sedang menikmati mengejar balon dari air sabun :)
Masih di sekitar lokasi itu, kami mengunjungi Taman Sabatini, melewati Plaza de Espana dan melanjutkan perjalanan ke Plaza de Cibeles. Dan karena cuaca yang cukup bersahabt, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu terakhir menikmati keindahan taman terbesar di Madrid; Retiro Park, sambil menikmati bekal makan siang disana.
Sampai waktunya kami ke bandara, dan ternyata tiket metro (subway) ke bandara 3 E/org, di luar harga tiket 10 times tersebut. Waktu perjalanan cukup cepat, sekitar 15 menit dari pusat kota ke Terminal kami.
Secara keseluruhan, impresi kami terhadap Andalusia sangat menakjubkan. Alhambra adalah satu-satunya tempat yang membuat kami takjub terhadap detail dan kemegahan desain dari pemerintahan Muslim di Granada. Kemegahan ini diafirmasi secara positif saat kami berkunjung ke reruntuhan Medina Az Zahra, di Cordoba. A trully breath-taking experience !!
Ada beberapa catatan dalam perjalanan ini, yang mungkin bermanfaat untuk yang ingin berkunjung ke Andalusia juga :)
1. Selalu dan sekali lagi, lakukan riset sebelum jalan-jalan itu sangat bermanfaat untuk time management selama ekskursi. Bukan hanya karena model perjalanan backpacker yang kami lakukan, namun juga karena kami membawa anak berumur 5 tahun, yang kadang-kadang memberikan kejutan2 indah di sela-sela perjalanan :)
2. Spanyol adalah salah satu tujuan utama wisata di Eropa, karena secara umum, negara ini lebih banyak mendapat sinar matahari dibandingkan negara lain di Eropa. Hanya saja, potensi ini tidak diikuti dengan kemampuan bahasa Inggris pelaku pariwisatanya. Sekali lagi, bahasa tarzan justru somehow sangat membantu.
3. Image negatif tentang Spanyol, tentang rawannya copet, tidak kami temui disini. Bagi kami, yang paling penting, dimanapun kita pergi, kita memang harus selalu menjaga barang-barang kita. So stay safe and keep an eye on our belongings is A MUST.
4. Berhubungan dengan keamanan, karena di setiap kota yang kami kunjungi, Cathedral adalah salah satu atraksi turis paling banyak dikunjungi, maka ada yang perlu diwaspadai. Yaitu banyaknya perempuan Gipsi yang ada di sekitar Cathedral, dan menawarkan daun (saya tidak tahu apa namanya) untuk berdoa, yang sebenarnya merupakan alibi untuk menjebak turis membayar dengan harga yang cukup mahal. Saya melihat sendiri, polisi Cordoba men-sweeping mereka, karena aktivitas mereka sudah mengganggu turis.
5. Masing-masing kota mempunyai sistem transportasi sendiri. Ada yang harus pakai beli collective ticket, misalnya 10 kali perjalanan (sevilla, madrid) atau bahkan bisa yang dibeli dengan eceran (granada, cordoba) karena pusat atraksi turisnya hanya menyebar di pusat kota. Sekali lagi kenali dengan baik, informasi secara detail, sehingga bisa memutuskan dengan tepat apa cara pembelian tiket yang dipilih.
6. Untuk makanan halal, andalan kami adalah kebab, roti atau mie. Biasanya dan selalunya di 2 hari pertama, suplai kami dipenuhi oleh makanan bekal dari Berlin. Kami selalu bawa, paling tidak abon dan kering, serta saus sambal, saus tomat dan kecap sebagai pelengkap untuk menikmati makanan di kota tujuan. Maklum, lidah kami terbiasa dengan masakan dengan bumbu komplit, sedangkan makanan Eropa secara umum cenderung hambar :( ohya, untuk informasi tentang makanan halal selalu kami tanyakan langsung ke petugas hotel pas check in.
7. Hotel di Spanyol, pada umumnya tidak luas. At least dengan ukuran hotel di negara lain yang biasa kami booking. Mungkin ini ada kaitannya, dengan peraturan pemerintah untuk mendukung preservasi bangunan tua. Ini juga terlihat dari lebar jalan umum yang rata-rata tidak bisa dilewati 2 mobil yang saling berpapasan. Kami lihat sendiri di Cordoba, hotel bintang 4 berlokasi di depan jalan selebar kurang dari 3 meter.
Well, perjalanan ke Andalusia ini rupanya justru menguak rasa keingintahuan kami untuk mengunjungi lagi, bagian lain negara Eropa yang masih sangat kuat dengan sejarah dan peninggalan Islam. Paling tidak, seandainya kami mendapat rejeki jalan-jalan ke negara lain, kami juga ingin melihat bagian kota/negara tersebut, yang masih menyimpan sejarah dan budaya Islam. Semoga :)
No comments:
Post a Comment