Sunday, 1 December 2013

Andalusia Trip (Part 2 : Cordoba)

Cordoba. Enggak tahu kenapa, dari dulu, sejak mengenal pelajaran Sejarah tentang Kebudayaan Islam jaman SMA, saya punya cita-cita ke Cordoba. Kota yang disebut sebagai kota seribu cahaya, karena di kota ini ilmu pengetahuan dan budaya bersinergi untuk membentuk peradaban manusia.

Kami ambil bis antar kota dari Granada ke Cordoba, dengan harga 17 E/org. Sekali lagi ALSA merupakan bis yang melayani banyak rute di kota-kota di Spanyol. Ternyata bis kami adalah supra economy, yang artinya harganya beda sekitar 2 E/org dari harga normal, tapi kami mendapat snack. Isi snack box adalah air mineral 500 ml, roti, kacang dan earphone. Perjalanan Granada- Cordoba sekitar 3 jam dan bis ALSA beroperasi 6-7 kali perhari untuk rute ini.

Sesampainya di Cordoba, dan check in, kami merasa beruntung. Pertama, hotel ini hanya berjarak beberapa blok dari Mezquita Cordoba, tempat tujuan utama wisata, sekaligus tujuan utama kami. Kedua, Sarah, pemilik hotel menceritakan bahwa saat ini ada Festival Patio. Jadi selama 2 minggu, diberlakukan open house bagi rumah-rumah dengan patio cantik yang dihias dengan aneka bunga untuk dikompetisikan. Tahun ini, ada 6 distrik yang ikut kompetisi, dan siapa saja diperbolehkan  untuk masuk ke rumah, menikmati keindahan tamannya dan mengabadikannya dalam kamera. Open house ini dibagi dalam 2 sesi, jam 10-18 dan dibuka lagi jam 20-22 untuk beberapa distrik. Yeaayyy...saya terus terang langsung bersorak. Ternyata, pemilihan tanggal keberangkatan kami, yang awalnya hanya berdasarkan ketersediaan tiket murah, bertepatan dengan adanya Festival Patio yang diadakan setiap bulan Mei per tahunnya.

Awalnya, yang kami lakukan adalah isi bahan bakar dulu (makan). Setelah dijelaskan oleh Sarah, dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, kami akhirnya menjumpai tempat yang dimaksud. Plaza de la Corredera, adalah sebuah alun-alun (square) yang didalamnya terdapat berbagai jenis restoran dan bar. Perjalanan dari hotel sekitar 10 menit jalan kaki, ke arah Timur. Kami tertarik dengan kerumunan orang di salah satu restoran yang ada di pojok Plaza. Ternyata itu adalah warung kebab. Horeee, akhirnya, kami bisa makan kebab juga. Alhamdulillah-nya, penjualnya adalah muslim Pakistan dan tersedia juga nasi di menunya. Sayangnya nasinya sudah habis, karena kami saat itu baru sempet makan siang sekitar jam 15. Paket yang kami beli seharga 3,8 E dengan isi kebab, cola dan kentang. It's really cheap untuk kota Cordoba (ini setelah saya bandingkan dengan tempat lain). Enaknya lagi, bonus es krim yang boleh diambil sendiri (bahkan tidak ada dalam menu paket yang kami pesan), rupanya menjadi salah satu daya tarik restoran kebab ini. Tentu saja, kami tidak sia-siakan kesempatan ini....hihi abisnya bawa anak kecil sih, yang pasti doyan es krim dan kebetulan juga cuaca di luar pas panas. Senyum lebar deh jadinya :D

Mezquita Cordoba, a must see landmark in Cordoba. Dibangun tahun 786 sebagai mesjid, dan tetap dipertahankan struktur bangunannya, bahkan setelah kekaisaran Kristen (Christian Reconquista of Cordoba) di tahun 1236. Ada empat bagian penting dalam Mezquita Cordoba, yaitu (1) bell tower (2) Patio de los Naranjos (3) Mihrab dan (4) Cathedral.
Patio de los Naranjos atau Court of the Orange trees, merupakan salah satu bagian dari Mezquita yang masih dipertahankan. Patio ini berupa taman sebagai area publik yang ditanami pohon jeruk, secara simteris untuk melambangkan struktur kolom bangunan. Menurut saya, Mihrab adalah tempat terindah di bangunan ini.
Mihrab ini didesain sebagai bagian utama dari Mezquita ini, dengan banyak kaligrafi Arab yang ditulis dengan sangat indah, diatas perpaduan warna tulisan yang sangat megah. Awalnya saya mengira Mihrab ini menghadap kiblat, sedikit miring ke tenggara, seperti pada umumnya dijumpai di bangunan mesjid lainnya. Namun ternyata, setelah saya baca novel Hanum, saya melihat sendiri, bahwa Mihrab ini memang menghadap terlalu lurus ke selatan. Ini merupakan kebijaksanaan dari Sultan Al Rahman untuk bersifat netral, karena di sebelah bangunan mesjid ada bangunan gereja yang sudah berdiri lebih dahulu, Jika memaksakan Mihrab dibangun menghadap ke tenggara, maka gereja tersebut harus dirobohkan (HRS, hal 273-274). Masih menurut novel Hanum tersebut, "ini merupakan bukti bahwa Cordoba dapat menyandingkan orang-orang yang berbeda keyakinan dengan begitu indahnya." Konon, Mezquita ini bisa menampung hingga 10.000 jamaah.
Sayangnya kami tidak dapat merapat ke Mihrab, karena Mihrabnya dipagari oleh besi. Selain itu, tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan ibadah apapun (sholat) di dalam bekas masjid ini.

Saat kami sedang berkeliling di dalam bangunan Mezquita, kami disapa oleh seorang Ibu yang ternyata turis dari Paris. Dia bercerita bahwa dia pernah ke Mezquita ini 25 tahun yang lalu, dan saat itu bangunan Mezquita sangat-sangat tidak terawat. Namun sekarang, Mezquita sudah disulap menjadi cantik.
Trus saya tanya, menurutmu apa bagian terindah dari Mezquita ini ? Dia menjawab, saya paling suka Mihrab. Walaupun saya Christian, tapi bagi saya, justru kesederhanaan Mihrab adalah hal penting yang menjadikannya sangat mempesona. Indeed, I tottaly agrre with you, Mam !

Sebenernya tujuan utama lainnya adalah Medina az Zahra, sekitar 8 km dari kota Cordoba. Hanya sayangnya, tujuan ke Medina az Zahra, harus reservasi melalui tourism center, dan ga bisa dilakukan sendiri (kecuali punya mobil sendiri ya). Tiket seharga 8.5 E/orang dan gratis untuk anak-anak, merupakan harga yang harus dibayar untuk ongkos bis pp Cordoba-Medina dan ongkos bis kecil pp dari depan museum Medina ke site Medina az Zahra. Untungnya lagi, karena kami sebagai student di Berlin, maka masuk museum gratis, walaupun sebenernya kalau bayar murah juga sih, hanya 1,5 E/orang. Di dalam bis ber-AC menuju Medina, kami ditawarin untuk gabung dalam rombongan ber-guide, dengan harga 6 E/orang. Sayangnya hanya kami bertiga, satu-satunya yang berbahasa Inggris, sehingga kami tidak dapat ambil bagian dalam grup ber-guide yang dibatasi minimal 6 orang/grup.

Ini merupakan pengalaman paling mengharukan bagi saya. Bagaimana pada awal tahun 940, sebuah peradaban Islam dibangun sedemikian detail dan sistemik. Konsep tata kota yang lengkap dengan elemen-elemen dasar yang sudah direncanakan dengan sempurna, dibangun oleh kekaisaran Abd ar-Rahman III di bukit al-Arus.
Medina az Zahra dengan dimensi 1518 meter dari timur ke barat dan 745 meter dari utara ke selatan, dibangun dengan ciri desain penggabungan motif Syria dan Byzantine yang akhirnya menjadi motif baru khas ke-khalifah-an Spanyol. Kota ini mempunyai ketinggian 70 meter, dan dibagi dalam 3 level. Level tertinggi ditinggali Sultan, level tengah untuk pejabat dan pgawai pemerintahan, gedung pemerintahan dan taman. Sedangkan level terendah ditinggali oleh tentara, seniman dan kelompok masyarakat lainnya. Disini juga ada pasar, mesjid dan pemandian umum (public baths).

Semua bukti kebesaran Khalifah Abbassid, disimpan dengan sangat rapi di Museum. Dengan layout sederhana dan keterangan yang komprehensif, membuat pengunjung seakan dibawa pada masa tersebut. Tidak hanya menikmati beberapa peninggalan pada masa itu, seperti alat-alat makan, facade Mezquita, uang logam yang digunakan untuk transaksi jual beli, kami juga dapat menikmati film berdurasi 20 menit, yang menceritakan tentang bagaimana perencanaan ruang dan elemen-elemen kota Medina az Zahra. Sekali lagi, sejarah membuktikan bahwa pada jaman tersebut, Islam telah menciptakan peradaban yang sangat humanis, dengan sistem yang saling mendukung satu sama lain.

Bahkan, pemilihan lokasi Medina yang berada di bukit, tidak menghalangi tugas Sultan untuk tetap menjalankan pemerintahannya di pusat kota Cordoba. Begitupun, kondisi fisik alam perbukitan dengan topografinya yang cenderung curam, tidak menghalangi seluruh penduduk Medina untuk tetap dapat menikmati air bersih dan kemudahan akses transportasi untuk distribusi barang dan jasa. Menurut informasi dalam video tersebut, kemegahan Medina az Zahra, membuatnya banyak dikunjungi oleh utusan-utusan kerajaan/negara lain, dengan tujuan hanya untuk melihat dan membuktikan kemegahan Medina az Zahra. Allahu Akbar !!
Dalam perjalanan pulang kembali ke Cordoba, saya masih terbayang2 dengan keindahan Medina az Zahra. Sungguh merupakan suatu pengalaman yang jauh lebih indah dari bayangan saya. Maturnuwun Gusti, atas kesempatan ini.

Sore harinya, kami sengaja mendatangi Mezquita lagi, dan menyusuri Puente Romano (Roman Bridge) tepat di depan Mezquita. Menyusuri Rio Guadalquivir (sungai) melewati Ronda de Isasa, kami menikmati juga keindahan landmark lain seperti Calleja y Plaza de las Flores, Torre de la Calahorra, Puerta del Puente dan Triunfo de San Rafael. Sekali lagi, andalan kami adalah jalan kaki. Justru dengan cara ini, kami merasa bisa lebih maksimal menikmati kota. Kadang justru banyak element of surprises, seperti misalnya kami menemukan sebagian bekas reruntuhan Romawi membaur dengan gedung perkantoran baru. Atau tiba-tiba saat kami melewati suatu kompleks permukiman, kami menemukan sebagian sisa Alcazaba asli. Saya justru merasa lebih bisa mengenali karakteristik dengan cara jalan-jalan begini. Misalnya, bagaimana sih sistem persampahannya dan sarana permukiman lain seperti jalan lingkungan, model facade bangunan rumah dan lain-lain.

Palacio de Viana juga kami kunjungi. Rumah ini merupakan rumah peninggalan aristokrat, dengan keunikan terdapat 12 patio yang menyajikan desain taman yang berbeda-beda. Termasuk juga kita dapat menikmati koleksi perak dan harta benda lainnya, yang sekarang dibuka untuk umum. Tidak hanya itu, rumah ini juga sering dijadikan lokasi pemotretan untuk keperluan katalog buku, pre wed dan lain-lain. Saat kami kesana, kami bertemu dengan banyak anak perempuan seumuran SD yang memakai baju pengantin, sedang berpose dengan teman-temannya.

Tempat lain yang kami kunjungi adalah Plaza Tendillas, Plaza de Capuchinos, La Juderia (perkampungan yahudi) yang sekarang berubah menjadi tempat penjualan suvenir yang melintang sepanjang jalan dekat Mezquita.
Kami juga menikmati taman kota; Jardines de la Aqricultura, setiap kami menuju ke stasiun bis atau stasiun kereta, yang letaknya bersebelahan. Tak lupa juga, kami kunjungi beberapa rumah yang sedang open house untuk Festival Patio.

Di Cordoba kami sama sekali tidak membeli tiket bis kota. Lokasi hotel yang cukup strategis, hanya sekitar 20 menit dari terminal bis dan stasiun kereta. Juga tempat2 obyek wisata yang dapat dengan mudah dicapai hanya dengan jalan kaki, karena letaknya yang beraglomerasi di sekitar Mezquita.

1 comment:

Batik Batikku said...

Selamat siang pak Bakhtiar,


Baru baca sekilas tulisannya. Boleh tahu total biaya yang sudah dikeluarkan selama wisata ke Andalusia.

Terima kasih.

Salam
HSL