Cordoba. Enggak tahu kenapa, dari dulu, sejak mengenal pelajaran
Sejarah tentang Kebudayaan Islam jaman SMA, saya punya cita-cita ke
Cordoba. Kota yang disebut sebagai kota seribu cahaya, karena di kota
ini ilmu pengetahuan dan budaya bersinergi untuk membentuk peradaban
manusia.
Kami ambil bis antar kota dari Granada ke
Cordoba, dengan harga 17 E/org. Sekali lagi ALSA merupakan bis yang
melayani banyak rute di kota-kota di Spanyol. Ternyata bis kami adalah
supra economy, yang artinya harganya beda sekitar 2 E/org dari harga
normal, tapi kami mendapat snack. Isi snack box adalah air mineral 500
ml, roti, kacang dan earphone. Perjalanan Granada- Cordoba sekitar 3 jam
dan bis ALSA beroperasi 6-7 kali perhari untuk rute ini.
Sesampainya
di Cordoba, dan check in, kami merasa beruntung. Pertama, hotel ini
hanya berjarak beberapa blok dari Mezquita Cordoba, tempat tujuan utama
wisata, sekaligus tujuan utama kami. Kedua, Sarah, pemilik hotel
menceritakan bahwa saat ini ada Festival Patio. Jadi selama 2 minggu,
diberlakukan open house bagi rumah-rumah dengan patio cantik yang dihias
dengan aneka bunga untuk dikompetisikan. Tahun ini, ada 6 distrik yang
ikut kompetisi, dan siapa saja diperbolehkan untuk masuk ke rumah,
menikmati keindahan tamannya dan mengabadikannya dalam kamera. Open
house ini dibagi dalam 2 sesi, jam 10-18 dan dibuka lagi jam 20-22 untuk
beberapa distrik. Yeaayyy...saya terus terang langsung bersorak.
Ternyata, pemilihan tanggal keberangkatan kami, yang awalnya hanya
berdasarkan ketersediaan tiket murah, bertepatan dengan adanya Festival
Patio yang diadakan setiap bulan Mei per tahunnya.
Awalnya,
yang kami lakukan adalah isi bahan bakar dulu (makan). Setelah
dijelaskan oleh Sarah, dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, kami
akhirnya menjumpai tempat yang dimaksud. Plaza de la Corredera, adalah
sebuah alun-alun (square) yang didalamnya terdapat berbagai jenis
restoran dan bar. Perjalanan dari hotel sekitar 10 menit jalan kaki, ke
arah Timur. Kami tertarik dengan kerumunan orang di salah satu restoran
yang ada di pojok Plaza. Ternyata itu adalah warung kebab. Horeee,
akhirnya, kami bisa makan kebab juga. Alhamdulillah-nya, penjualnya
adalah muslim Pakistan dan tersedia juga nasi di menunya. Sayangnya
nasinya sudah habis, karena kami saat itu baru sempet makan siang
sekitar jam 15. Paket yang kami beli seharga 3,8 E dengan isi kebab,
cola dan kentang. It's really cheap untuk kota Cordoba (ini setelah saya
bandingkan dengan tempat lain). Enaknya lagi, bonus es krim yang boleh
diambil sendiri (bahkan tidak ada dalam menu paket yang kami pesan),
rupanya menjadi salah satu daya tarik restoran kebab ini. Tentu saja,
kami tidak sia-siakan kesempatan ini....hihi abisnya bawa anak kecil
sih, yang pasti doyan es krim dan kebetulan juga cuaca di luar pas
panas. Senyum lebar deh jadinya :D
Mezquita Cordoba, a
must see landmark in Cordoba. Dibangun tahun 786 sebagai mesjid, dan
tetap dipertahankan struktur bangunannya, bahkan setelah kekaisaran
Kristen (Christian Reconquista of Cordoba) di tahun 1236. Ada empat
bagian penting dalam Mezquita Cordoba, yaitu (1) bell tower (2) Patio de
los Naranjos (3) Mihrab dan (4) Cathedral.
Patio de los Naranjos
atau Court of the Orange trees, merupakan salah satu bagian dari
Mezquita yang masih dipertahankan. Patio ini berupa taman sebagai area
publik yang ditanami pohon jeruk, secara simteris untuk melambangkan
struktur kolom bangunan. Menurut saya, Mihrab adalah tempat terindah di
bangunan ini.
Mihrab ini didesain sebagai bagian utama dari
Mezquita ini, dengan banyak kaligrafi Arab yang ditulis dengan sangat
indah, diatas perpaduan warna tulisan yang sangat megah. Awalnya saya
mengira Mihrab ini menghadap kiblat, sedikit miring ke tenggara, seperti
pada umumnya dijumpai di bangunan mesjid lainnya. Namun ternyata,
setelah saya baca novel Hanum, saya melihat sendiri, bahwa Mihrab ini
memang menghadap terlalu lurus ke selatan. Ini merupakan kebijaksanaan
dari Sultan Al Rahman untuk bersifat netral, karena di sebelah bangunan
mesjid ada bangunan gereja yang sudah berdiri lebih dahulu, Jika
memaksakan Mihrab dibangun menghadap ke tenggara, maka gereja tersebut
harus dirobohkan (HRS, hal 273-274). Masih menurut novel Hanum tersebut,
"ini merupakan bukti bahwa Cordoba dapat menyandingkan orang-orang yang
berbeda keyakinan dengan begitu indahnya." Konon, Mezquita ini bisa
menampung hingga 10.000 jamaah.
Sayangnya kami tidak dapat merapat
ke Mihrab, karena Mihrabnya dipagari oleh besi. Selain itu, tidak
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan ibadah apapun (sholat) di dalam
bekas masjid ini.
Saat kami sedang berkeliling di dalam
bangunan Mezquita, kami disapa oleh seorang Ibu yang ternyata turis dari
Paris. Dia bercerita bahwa dia pernah ke Mezquita ini 25 tahun yang
lalu, dan saat itu bangunan Mezquita sangat-sangat tidak terawat. Namun
sekarang, Mezquita sudah disulap menjadi cantik.
Trus saya tanya,
menurutmu apa bagian terindah dari Mezquita ini ? Dia menjawab, saya
paling suka Mihrab. Walaupun saya Christian, tapi bagi saya, justru
kesederhanaan Mihrab adalah hal penting yang menjadikannya sangat
mempesona. Indeed, I tottaly agrre with you, Mam !
Sebenernya
tujuan utama lainnya adalah Medina az Zahra, sekitar 8 km dari kota
Cordoba. Hanya sayangnya, tujuan ke Medina az Zahra, harus reservasi
melalui tourism center, dan ga bisa dilakukan sendiri (kecuali punya
mobil sendiri ya). Tiket seharga 8.5 E/orang dan gratis untuk anak-anak,
merupakan harga yang harus dibayar untuk ongkos bis pp Cordoba-Medina
dan ongkos bis kecil pp dari depan museum Medina ke site Medina az
Zahra. Untungnya lagi, karena kami sebagai student di Berlin, maka masuk
museum gratis, walaupun sebenernya kalau bayar murah juga sih, hanya
1,5 E/orang. Di dalam bis ber-AC menuju Medina, kami ditawarin untuk
gabung dalam rombongan ber-guide, dengan harga 6 E/orang. Sayangnya
hanya kami bertiga, satu-satunya yang berbahasa Inggris, sehingga kami
tidak dapat ambil bagian dalam grup ber-guide yang dibatasi minimal 6
orang/grup.
Ini merupakan pengalaman paling mengharukan
bagi saya. Bagaimana pada awal tahun 940, sebuah peradaban Islam
dibangun sedemikian detail dan sistemik. Konsep tata kota yang lengkap
dengan elemen-elemen dasar yang sudah direncanakan dengan sempurna,
dibangun oleh kekaisaran Abd ar-Rahman III di bukit al-Arus.
Medina
az Zahra dengan dimensi 1518 meter dari timur ke barat dan 745 meter
dari utara ke selatan, dibangun dengan ciri desain penggabungan motif
Syria dan Byzantine yang akhirnya menjadi motif baru khas ke-khalifah-an
Spanyol. Kota ini mempunyai ketinggian 70 meter, dan dibagi dalam 3
level. Level tertinggi ditinggali Sultan, level tengah untuk pejabat dan
pgawai pemerintahan, gedung pemerintahan dan taman. Sedangkan level
terendah ditinggali oleh tentara, seniman dan kelompok masyarakat
lainnya. Disini juga ada pasar, mesjid dan pemandian umum (public
baths).
Semua bukti kebesaran Khalifah Abbassid, disimpan
dengan sangat rapi di Museum. Dengan layout sederhana dan keterangan
yang komprehensif, membuat pengunjung seakan dibawa pada masa tersebut.
Tidak hanya menikmati beberapa peninggalan pada masa itu, seperti
alat-alat makan, facade Mezquita, uang logam yang digunakan untuk
transaksi jual beli, kami juga dapat menikmati film berdurasi 20 menit,
yang menceritakan tentang bagaimana perencanaan ruang dan elemen-elemen
kota Medina az Zahra. Sekali lagi, sejarah membuktikan bahwa pada jaman
tersebut, Islam telah menciptakan peradaban yang sangat humanis, dengan
sistem yang saling mendukung satu sama lain.
Bahkan,
pemilihan lokasi Medina yang berada di bukit, tidak menghalangi tugas
Sultan untuk tetap menjalankan pemerintahannya di pusat kota Cordoba.
Begitupun, kondisi fisik alam perbukitan dengan topografinya yang
cenderung curam, tidak menghalangi seluruh penduduk Medina untuk tetap
dapat menikmati air bersih dan kemudahan akses transportasi untuk
distribusi barang dan jasa. Menurut informasi dalam video tersebut,
kemegahan Medina az Zahra, membuatnya banyak dikunjungi oleh
utusan-utusan kerajaan/negara lain, dengan tujuan hanya untuk melihat
dan membuktikan kemegahan Medina az Zahra. Allahu Akbar !!
Dalam
perjalanan pulang kembali ke Cordoba, saya masih terbayang2 dengan
keindahan Medina az Zahra. Sungguh merupakan suatu pengalaman yang jauh
lebih indah dari bayangan saya. Maturnuwun Gusti, atas kesempatan ini.
Sore
harinya, kami sengaja mendatangi Mezquita lagi, dan menyusuri Puente
Romano (Roman Bridge) tepat di depan Mezquita. Menyusuri Rio
Guadalquivir (sungai) melewati Ronda de Isasa, kami menikmati juga
keindahan landmark lain seperti Calleja y Plaza de las Flores, Torre de
la Calahorra, Puerta del Puente dan Triunfo de San Rafael. Sekali lagi,
andalan kami adalah jalan kaki. Justru dengan cara ini, kami merasa bisa
lebih maksimal menikmati kota. Kadang justru banyak element of
surprises, seperti misalnya kami menemukan sebagian bekas reruntuhan
Romawi membaur dengan gedung perkantoran baru. Atau tiba-tiba saat kami
melewati suatu kompleks permukiman, kami menemukan sebagian sisa
Alcazaba asli. Saya justru merasa lebih bisa mengenali karakteristik
dengan cara jalan-jalan begini. Misalnya, bagaimana sih sistem
persampahannya dan sarana permukiman lain seperti jalan lingkungan,
model facade bangunan rumah dan lain-lain.
Palacio de
Viana juga kami kunjungi. Rumah ini merupakan rumah peninggalan
aristokrat, dengan keunikan terdapat 12 patio yang menyajikan desain
taman yang berbeda-beda. Termasuk juga kita dapat menikmati koleksi
perak dan harta benda lainnya, yang sekarang dibuka untuk umum. Tidak
hanya itu, rumah ini juga sering dijadikan lokasi pemotretan untuk
keperluan katalog buku, pre wed dan lain-lain. Saat kami kesana, kami
bertemu dengan banyak anak perempuan seumuran SD yang memakai baju
pengantin, sedang berpose dengan teman-temannya.
Tempat
lain yang kami kunjungi adalah Plaza Tendillas, Plaza de Capuchinos, La
Juderia (perkampungan yahudi) yang sekarang berubah menjadi tempat
penjualan suvenir yang melintang sepanjang jalan dekat Mezquita.
Kami
juga menikmati taman kota; Jardines de la Aqricultura, setiap kami
menuju ke stasiun bis atau stasiun kereta, yang letaknya bersebelahan.
Tak lupa juga, kami kunjungi beberapa rumah yang sedang open house untuk
Festival Patio.
Di Cordoba kami sama sekali tidak membeli
tiket bis kota. Lokasi hotel yang cukup strategis, hanya sekitar 20
menit dari terminal bis dan stasiun kereta. Juga tempat2 obyek wisata
yang dapat dengan mudah dicapai hanya dengan jalan kaki, karena letaknya
yang beraglomerasi di sekitar Mezquita.